RI Kekurangan Tenaga Medis, MPR Sebut Pendidikan Kedokteran Penting

Jakarta - Wakil Ketua MPR Jazilul Fawaid berkunjung ke Universitas Kristen Indonesia Tomohon (UKIT), Kota Tomohon, Sulawesi Utara, Selasa (10/11). Kunjungan kerja itu bertujuan untuk bersilaturahmi dan menjaring aspirasi civitas akademika dari salah satu kampus tertua di Sulawesi Utara itu.

Dalam kesempatan tersebut, pihak UKIT menuturkan keinginannya untuk mendirikan Fakultas Kedokteran. Jazilul pun mendukung rencana tersebut. Ia mengatakan Pendidikan Kedokteran sangat penting karena ketika pandemi terjadi, bangsa ini terbukti kekurangan tenaga medis.

"Jumlah tenaga dokter dan masyarakat juga masih belum imbang. Saya akan ikut mengawal dari keinginan UKIT mendirikan fakultas kedokteran," ucap Jazilul dalam keterangannya, Rabu (11/11/2020).

Dalam tatap muka yang digelar di Aula UKIT, Jazilul mengaku bangga bisa bertemu dengan rektor, pembantu rektor, perwakilan mahasiswa, yayasan, senat, dan para pendeta. Ia mengatakan salah satu tugas MPR adalah mensosialisasikan Pancasila, UUD NRI Tahun 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika atau yang lebih populer disebut Empat Pilar MPR.

"Tugas MPR adalah menjaga dan menanamkan Empat Pilar kepada seluruh komponen bangsa," ungkapnya.

Ia berujar sosialisasi ini sangat penting dilakukan karena saat ini masih ada kelompok yang mempertanyakan dan ingin mengganti dasar-dasar negara. Menurutnya, orang-orang yang mempertanyakan dan ingin mengganti dasar negara karena ada sikap ingin menang sendiri. Untuk itu, dirinya mengajak kepada semua untuk meneguhkan hati agar terus menjaga dan setia kepada dasar negara dan nilai-nilai luhur bangsa.

"Hal demikian bisa menjadi bibit-bibit perpecahan. Mudah-mudahan kita terus dituntun Tuhan agar terus bersatu," tuturnya.

Menurut Jazilul, bangsa Indonesia selalu mengedepankan sikap gotong royong. Namun, ia khawatir karena saat ini ada kecenderungan sebagian masyarakat yang lebih memilih budaya konflik.

"Kita mengedepankan dialog bukan budaya konflik. Padahal dasar kita adalah permusyawaratan. Semua permasalahan yang ada diselesaikan dengan cara ini," ucapnya.

Kepada civitas akademika UKIT, Jailul mengatakan kunci keberhasilan dan kemajuan suatu bangsa adalah pendidikan. Menurutnya, pendidikan adalah investasi masa depan. Dirinya menyayangkan dunia pendidikan yang ada di Indonesia kurang diperhatikan. Terbukti saat pandemi COVID-19, imbuhnya, bangsa ini tidak siap dengan pendidikan model daring.

"Pendidikan seperti itu harus dievaluasi. Perlunya melakukan evaluasi terhadap pendidikan secara menyeluruh sebab dalam rangking perguruan tinggi di dunia, perguruan tinggi dari Indonesia berada pada posisi di atas nomor 500 ke atas," paparnya.

Dalam masa pandemi, lanjutnya, selain masalah kesehatan dan ekonomi yang diperhatikan, dunia pendidikan juga perlu perlakuan yang sama.

"Apa jadinya kalau ekonominya kuat dan masyarakatnya sehat namun tidak cerdas," ujarnya.

Dalam kesempatan tersebut dirinya mengajak kepada mahasiswa yang hadir untuk terus semangat belajar.

"Pandemik membuat hubungan antara mahasiswa dan dosen menjadi berkurang. Kita jadikan suasana yang ada untuk bangkit," tegasnya.

Hadir dalam acara tersebut, Rektor UKIT Pendeta Dr. Arthur Rumengan, para pembantu rektor, pihak yayasan, ketua senat, pengurus BEM, serta para pendeta.

Sumber: https://news.detik.com/berita/d-5250401/ri-kekurangan-tenaga-medis-mpr-sebut-pendidikan-kedokteran-penting

 

 

Kemendikbud siapkan kebijakan pendidikan kedokteran era normal baru

Jakarta (ANTARA) - Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Prof Nizam mengatakan pemerintah menyiapkan kebijakan pendidikan kedokteran pada era "new normal" atau normal baru.

"Menyambut era kenormalan baru, Kemendikbud telah mengeluarkan Surat Edaran mengenai kebijakan penyelengaraan pendidikan tinggi di era kenormalan baru. Salah satunya kebijakan kenormalan baru pendidikan kedokteran yang selama ini dilakukan dan diterima secara fisik di laboratorium, sekarang bisa dilakukan secara virtual reality (VR) untuk memberikan pengalaman praktik," ujar Nizam dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Ahad.

Nizam mengapresiasi peningkatan produktivitas pada lini kedokteran dan kesehatan, yang mana publikasi ilmiah mengalami peningkatan secara signifikan.

“Saya sangat bangga dan apresiasi kolaborasi dosen dan mahasiswa lintas keilmuan telah menghasilkan berbagai produk kesehatan untuk memerangi COVID-19 seperti Test Kit, UV sterilisasi, robot ners, Swab Chamber, dan produk kesehatan lainnya," kata dia.

Nizam menjelaskan pola pendidikan yang berjalan saat ini merupakan pendidikan yang sudah berjalan sejak abad pertengahan, yang kemudian bertransformasi menjadi pendidikan pada abad industri dan menuju pendidikan 4.0 guna memberikan ruang pembelajaran yang luas bagi mahasiswa.

Ia juga menuturkan 20 tahun yang lalu pendidikan di Indonesia pernah mendorong perguruan tinggi untuk menjalankan pembelajaran secara daring seperti saat ini, namun gagal direalisasikan.

"Transformasi pendidikan yang terjadi belakangan ini sungguh sangat luar biasa. Virus COVID-19 memaksa untuk seluruh aktivitas pembelajaran perguruan tinggi dilakukan secara daring," tambah Nizam.

Tranformasi tersebut perlu mendapatkan beberapa dukungan dan perubahan, seperti membangun literasi baru seperti literasi data, literasi teknologi, literasi manusia, dan pembelajaran berbasis pengalaman.

Semua itu dilakukan untuk meningkatkan kemampuan manusia pada abad industri 4.0. Hasilnya, manusia akan mengalami peningkatan pada aspek kreatif, kemampuan berpikir kritis, kolaborasi, komunikasi, dan kasih sayang.

Sebelumnya, Kemendikbud melibatkan mahasiswa kedokteran dalam penanganan COVID-19 dengan program relawan COVID-19. Melalui program itu mahasiswa dapat melakukan pengabdian kepada masyarakat dengan mendapatkan penilaian capaian pembelajaran yang bisa di konversi ke dalam SKS atau stase rotasi klinik.

“Program relawan ini perlu dukungan dari AIPKI wilayah untuk berkoordinasi dengan tim gugus tugas wilayah dan dinas kesehatan dalam menjaring masyarakat yang perlu pendampingan relawan," kata Dirjen Dikti Kemendikbud Prof Nizam.

Sumber: https://www.antaranews.com/berita/1538988/kemendikbud-siapkan-kebijakan-pendidikan-kedokteran-era-normal-baru

 

Dampak Pandemi Covid-19 pada Pendidikan Kedokteran Indonesia Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Dampak Pandemi Covid-19 pada Pendidikan Kedokteran Indonesia"

BENCANA pandemi Covid-19 di Indonesia telah berlangsung sekitar 2 bulan sejak pertama kali diumumkan oleh Presiden Joko Widodo. Begitu banyak masalah yang ditimbulkan bencana nasional ini.

Masalah utamanya adalah jumlah penderita dan kematian yang terus meningkat dari hari ke hari. Berbagai keruwetan terjadi pada upaya pencegahan, deteks, dan respons terhadap Covid-19. Permasalahan juga berkembang tidak hanya pada lingkup kesehatan, namun juga masalah pendidikan, politik, ekonomi, sosial, budaya, dan pertahanan-keamanan.

Permasalahan menjadi kompleks karena berbagai aspek ikut terdampak sehingga memerlukan berbagai upaya penataan, penyesuaian, dan perubahan yang cukup bermakna. Salah satu upaya pencegahan penularan adalah kebijakan belajar dan bekerja dari rumah. Tujuannya membatasi aktivitas interaksi fisik antar orang untuk mencegah terjadinya penularan Covid-19 terutama terkait orang tanpa gejala. Pendidikan kedokteran Salah satu dampak yang paling dirasakan adalah proses pendidikan bidang kedokteran.

Ada dua aspek tidak terpisahkan dalam pendidikan kedokteran, yaitu pendidikan dan pelayanan kesehatan. Kondisi ini juga terjadi pada pendidikan di bidang kesehatan lainnya. Pendidikan kedokteran dibagi menjadi dua bagian besar yaitu pendidikan akademik dan pendidikan profesi. Pendidikan akademik terdiri dari program sarjana kedokteran, program magister kedokteran, dan program doktor.

Pendidikan profesi terdiri dari program profesi dokter (ko-ass, dokter muda), program dokter spesialis (PPDS 1), dan program dokter subspesialis (PPDS 2). Pendidikan di kedokteran secara umum mempunyai tujuan meliputi tiga domain, yaitu afektif, kognitif, dan psikomotor.

Seorang dokter mengoperasikan alat bantu pernafasan di ruang ICU Rumah Sakit Pertamina Jaya, Cempaka Putih, Jakarta, Senin (6/4/2020).

Rumah Sakit darurat COVID-19 tersebut berkapasitas sebanyak 160 tempat tidur dalam ruangan dan 65 kamar isolasi bertekanan negatif untuk merawat pasien positif COVID-19 sesuai standar yang ditetapkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO.(ANTARA FOTO/M RISYAL HIDAYAT) Afektif berkaitan dengan sikap penerimaan, responsif, penilaian, organisasi, dan karakterisasi. Kognitif adalah proses mengetahui kemampuan pada aspek pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, evaluasi dan kreasi.

Psikomotor adalah perilaku gerakan dan koordinasi keterampilan motorik meliputi menirukan, manipulasi, presisi, artikulasi dan naturalisasi. Ketiga aspek tersebut sangat berperan dan terhubung erat dalam pendidikan kedokteran. Dalam prosesnya seluruh aspek tersebut terjalin dalam satu rangkaian.

Metode pembelajaran pendidikan dokter secara umum adalah perkuliahan, praktikum, tutorial, keterampilan medik, kegiatan lapangan, kuliah kerja nyata, penelitian, pengabdian masyarakat, skripsi, kegiatan ekstra kurikuler, putaran klinik, dan bimbingan klinik. Sebagian kegiatan dilaksanakan di kampus fakultas kedokteran dan sebagian lagi di rumah sakit pendidikan.

Keseluruhan kegiatan harus memenuhi standar yang terdiri atas: standar kompetensi lulusan, standar isi, standar proses, standar rumah sakit pendidikan, standar wahana pendidikan kedokteran, standar dosen, standar tenaga kependidikan, standar penerimaan calon mahasiswa, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan,standar penilaian, dan standar penelitian. Dampak Covid-19 Apa dampak bencana Covid-19 terhadap pendidikan kedokteran? Jawabannya adalah pencapaian standar kompetensi.

Standar kompetensi lulusan pada pendidikan akademik dan profesi merupakan kriteria minimal tentang kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang dinyatakan dalam rumusan capaian pembelajaran pendidikan akademik dan profesi. Pembatasan aktivitas fisik hanya memungkinkan pembelajaran jarak jauh terkait aspek kognitif secara online.

Aspek psikomotor dan afektif sulit dilaksanakan sehingga kegiatan praktikum, tugas lapangan, kegiatan di rumah sakit, dan penelitian sulit berjalan. Kegiatan ini tidak dapat tergantikan dengan model pembelajaran jarak jauh secara online. Aspek psikomotor pada jenjang akademik merupakan aspek penting yang paling terdampak bencana ini karena memerlukan kehadiran fisik, misalnya praktikum anatomi, histologi, faal, biokimia, keterampilan medik, dan lain-lain. Pada jenjang profesi, putaran klinik rumah sakit di bagian penyakit dalam, bedah, pediatri, obgin, dan lainnya menjadi sulit atau tidak dapat terlaksana. Kegiatan e-learning dan e-exam di rumah hanya menjangkau aspek kognitif.

Perawat dengan pakaian khusus, merawat satu orang pasien yang diisolasi di RSUD Dokter Iskak Tulungagung Jawa Timur (14/03/2020)(SLAMET WIDODO) Pendidikan akademik pada pendidikan dokter, magister, dan doktor sebagian besar dapat berlangsung secara online. Namun pada pendidikan profesi seperti ko-ass, dan PPDS nyaris tidak berjalan karena hampir seluruh proses belajarnya memerlukan pasien di rumah sakit. Keterbatasan interaksi fisik menjadi kendala utama, disamping bahaya penularan penyakit Covid-19 juga akibat pasien yang berkurang akibat kebijakan prioritisasi kasus gawat darurat dan mengurangi kasus elektif. Bahaya tertular Covid-19 sangat potensial terjadi pada proses pendidikan.

Di kedokteran pendidikan berbasis pada pelayanan dan juga pelayanan berbasis pada pendidikan. Keterampilan klinik pada jenjang profesi menjadi hal yang wajib terpenuhi, mengingat dalam kurikulum ada pencapaian kompetensi minimal yang harus dicapai. Bila seorang calon dokter atau calon dokter spesialis tidak mendapat paparan kasus dan keterampilan minimal yang cukup, maka tidak mungkin untuk dapat diluluskan. Keterampilan menjadi menjadi acuan penting penilaian capaian kompetensi. Kriteria pemenuhan kompetensi minimal adalah suatu keharusan untuk dapat dinyatakan lulus dan dapat dilepas ke masyarakat untuk melaksanakan tugas profesi dokter atau dokter spesialis. Penelitian untuk skripsi, tesis, karya akhir, dan disertasi yang menggunakan pasien, materi eksperimen di laboratorium, atau menggunakan rekam medik rumah sakit akan terhambat.

Jalan keluar Perlu dicari jalan keluar karena tidak dapat sekadar mengharap situasi pandemi ini berlangsung singkat. Kita tidak tahu kapan bencana ini akan berakhir sementara dampak yang ditimbulkan berpotensi menambah masa studi mahasiswa dan PPDS. Upaya yang dapat dilakukan saat ini adalah mengalokasikan seluruh materi pembelajaran kognitif secara online dan lintas semester. Bentuk pembelajarannya meliputi kuliah, penugasan, mengikuti seluruh kegiatan ilmiah rutin dilakukan seperti laporan jaga, laporan mingguan, bacaan jurnal, dan acara ilmiah lainnya.

Aspek psikomotor yang harus dicapai dapat dialokasikan pada semester berikutnya atau secara khusus pada akhir pendidikan. Seluruh komponen keterampilan yang wajib bagi mahasiswa dan PPDS. Bisa dipertimbangkan untuk mendapatkan keterampilan menggunakan rumah sakit jejaring yang telah resmi dinyatakan sebagai RS Non Covid-19. Dampak umum yang akan terjadi adalah penurunan jumlah lulusan dokter, magister, doktor dan dokter spesialis tahun ini.

Di tengah pandemi Covid-19, Tim Pengabdian Masyarakat Departemen Kimia Kedokteran, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FK UI) tengah membuat produk hand sanitizer dalam jumlah banyak untuk dibagikan kepada rumah sakit hingga sekolah.(Dok. Universitas Indonesia) Tentunya ini tidak diinginkan karena pemanjangan masa studi konskuensinya tidak hanya sekedar belum dapat diluluskan untuk terjun ke masyarakat, namun juga terkait beberapa konsekuensi seperti pembayaran SOP, membayar kontrakan, biaya hidup, dan juga kemungkinan lewat terkait batas masa studi yang secara sistem dapat di-drop out. Diperlukan kebijakan dari universitas dan pemerintah menyikapi hal ini. Salah satunya dengan mempertimbangkan memberikan keringanan atau pembebasan SOP dan penggantian berbagai kegiatan lapangan dengan aktivitas yang disesuaikan dengan situasi pandemi ini misalnya penugasan terkait dengan penanggulangan Covid-19 yang telah dikaji aman dari risiko penularan. Penelitian dan karya akhir dapat dialihkan menjadi bentuk ulasan kepustakaan baik dalam bentuk ulasan sistematik (systematic review) maupun meta-analisis (meta-analysis) atau bentuk studi retrospektif. Tidak menghitung pemanjangan masa studi sebagai keterlambatan pendidikan, sehingga cekal atau hilang dari sistem pada mahasiswa yang melewati batas waktu studi tidak terjadi. Ujian akhir untuk jenjang akademik masih dimungkinkan untuk dilaksanakan secara online atau kombinasi online dan offline.

Beberapa universitas telah mengeluarkan kebijakan terkait hal ini. Selain itu juga sedang dikaji oleh kolegium sebagai pengampu keilmuan terkait model yang memungkinkan untuk dapat melaksanakan ujian nasional, yang saat ini banyak yang tertunda. Upaya yang dilakukan membuka celah agar mahasiswa dan PPDS dapat lulus tepat waktu. Situasi pandemi dan berbagai keterbatasan ini bisa jadi akan melahirkan konsep, metode, dan formula baru dalam pendidikan kedokteran. Tercapainya kompetensi minimal masih dimungkinkan sesuai kurikulum sekaligus memenuhi seluruh standar yang telah ditentukan.

Tekanan situasi seperti ini dapat melahirkan standar dan budaya baru dalam pembelajaran akibat berbagai proses penyesuaian untuk kemudian diterima sebagai suatu ketentuan yang disepakati bersama. Semoga bencana pandemi ini segera berakhir sehingga proses pendidikan kedokteran di Indonesia dapat kembali seperti sedia kala. Dengan tambahan bonus kondisi positif yang telah terbangun bisa dipertahankan dan dilanjutkan, untuk menghasilkan para lulusan baru yang akan mengabdi pada nusa dan bangsa. Salam sehat

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Dampak Pandemi Covid-19 pada Pendidikan Kedokteran Indonesia", Klik untuk baca: https://www.kompas.com/tren/read/2020/04/30/105540565/dampak-pandemi-covid-19-pada-pendidikan-kedokteran-indonesia?page=all.

Editor : Heru Margianto

Kisaran Nilai Passing Grade UTBK Prodi Kedokteran di SBMPTN

Registrasi akun LTMPT untuk Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) segera dibuka pada 07 Februari 2020. Sedangkan pelaksana tes UTBK akan berlangsung pada 20-26 April 2020.

Artinya, siswa kelas XII memiliki waktu sekitar 3 bulan untuk belajar dan mempersiapkan diri guna mendapatkan nilai tinggi dalam UTBK. Pasalnya, nilai UTBK merupakan “tiket” masuk program studi (parodi) pilihan di perguruan tinggi negeri (PTN) impian.

Berbeda dengan nilai rapor, nilai ujian tulis berbasis komputer (UTBK) terbagi atas sejumlah kategori. LTMPT membedakan skor UTBK siswa menjadi 8 skala nilai pada 2019, yakni:

  • Skor di bawah 300
  • Skor 300 sampai 400
  • Skor 401 sampai 500
  • Skor 501 sampai 600
  • Skor 601 sampai 700
  • Skor 701 sampai 800
  • Skor 801 sampai 900
  • Skor di atas 900

Dear FRIENDSHIP Applicants

We apologize for some errors that occurred in the fluidreview application system. Some applicants could not edit their FAIMER Application Form although they had not submitted it. The issue has been solved by the admin of FAIMER and everything should have back to normal. Considering the expected delays of the application process, FRIENDSHIP revises the application deadline and pushes it back to October 6th, 2019 from previously September 22nd, 2019 to allow sufficient time for applicants to complete the application process. Therefore, please continue your application process and please do notify us if any difficulties or errors occurred.