Dokter Spesialis di RSUD Ahmad Ripin Muarojambi Mogok Kerja, Permasalahkan Insentif yang Tak Cair

SENGETI - Sejumlah dokter yang ada di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Ahmad Ripin, Sengeti melakukan langkah untuk tidak kerja.

Informasi yang diterima, langkah untuk tidak bekerja tersebut dilakukan karena insentif untuk dokter spesialis tidak kunjung cair.

Sementara itu, dari informasi yang di terima di lapangan, bahwa saat ini sejumlah dokter dan direktur Rumah Sakit sedang melakukan rapat pembahasan hal tersebut.

Pantauan di RSUD Ahmad Ripin, Senin (1/7/2019) ada beberapa ruang dokter yang memang tidak berada di tempat kerja yang dimungkinkah melakukan rapat tersebut.

Aplikasi Diabetes Diluncurkan, Bantu Dokter dan Pasien Tingkatkan Pengetahuan

KOMPAS.com - Sanofi Indonesia bekerja sama dengan Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI) meluncurkan aplikasi ponsel Diabetes Enhancement for Engaged Partnership (DEEP) bagi dokter.

Head of Medical Sanofi Indonesia dr. Mary Josephine menjelaskan aplikasi ini punya berbagai fitur seperti Discover yang berisi informasi terkini soal diabetes.

"Ada protokol penanganan diabetes, materi edukasi untuk disampaikan pasien," ujar Mary dalam acara peluncuran di Perpustakaan Nasional RI, Senin (1/7/2019).

Materi yang diperbarui berkala tiap tiga minggu sekali ini memuat video pemaparan, artikel, dan jurnal kesehatan. Di dalamnya, ada juga forum diskusi online bagi para tenaga medis untuk bertukar pikiran dan mendapatkan bimbingan dari para mentor.

Antimainstream, Kampus Ini Kirim Ginjal ke Rumah Sakit dengan Alat Tak Terduga

Jakarta - Jasa pengiriman barang atau jasa ekspedisi semakin hari semakin banyak diminati oleh banyak orang di seluruh dunia, terutama dalam perkembangan online market. Semakin berkembangnya teknologi juga mempengaruhi pesatnya kebutuhan dalam dunia e-commerce. Kini drone juga turut ambil bagian dalam jasa pengiriman barang atau ekspedisi.

Di masa depan, drone punya peran penting, yakni mengirimkan benda-benda krusial untuk kebutuhan serba cepat, salah satunya organ tubuh manusia. Bayangkan jika segala kebutuhan manusia bisa dikirim dengan jasa ekspedisi termasuk terkait kesehatan seperti transplantasi organ. Bahkan uji coba ini untuk pertama kalinya dilakukan oleh sebuah kampus di Amerika Serikat.

Sebuah drone mengirimkan ginjal untuk didonorkan ke pasien yang membutuhkan tranplantasi ginjal, seperti yang Liputan6.com lansir dari Technology Review, Jumat (3/5/2019). University of Maryland Medical Center melakukan uji coba mengirim ginjal yang siap ditransplantasi ke pasien gagal ginjal di sebuah rumah sakit dengan drone. Tujuan uji coba ini sendiri untuk membuktikan seberapa besar peran drone di bidang medis di masa depan.

Hebat, Mahasiswi Kedokteran Raih IPK 4.0 Selagi 6 Kali Jalani Operasi Otak

Jakarta - Meski tak menjalaninya, semua orang pasti tahu jika kuliah kedokteran bukan sesuatu yang mudah. Selain kepintaran tentu ketahanan mental dan fisik juga dibutuhkan. Terkadang sakit ringan atau kelelahan saja bisa mengganggu studi para mahasiswa. Bagaimana jika harus sambil menjalani enam kali operasi otak? Beruntung, seorang wanita bernama Claudia Martinez dapat melewatinya.

Tak banyak mahasiswa kedokteran yang harus bergelut dengan buku sekaligus operasi besar di saat yang bersamaan. Karenanya, ketahanan Claudia adalah sesuatu yang tidak biasa. Mahasiswa University of Houston itu didiagnosa kondisi langka bernama malformasi Chiari. Hal tersebut menyebabkan jaringan otaknya longgar ke kanal tulang belakang dan bisa menyebabkan kelumpuhan.

Penyakit tersebut disadari Claudia ketika ia mengalami sakit kepala parah hingga kerap pingsan. Beberapa hari setelah dianalisa, wanita 28 tahun tersebut pun langsung dioperasi. "Ketika aku didiagnosa, aku dikirim ke bedah saraf. Dia mengatakan padaku bahwa aku harus operasi otak secepat mungkin. Aku bisa lumpuh dari leher ke bawah. Dan dalam seminggu, aku menjalani operasi pertama," ungkapnya kepada Mayo Clinic.

Sayangnya Claudia tak hanya butuh satu kali operasi melainkan enam. Wanita asal AS itu pun awalnya beranggapan jika setelah operasi semuanya akan baik-baik saja. Namun Claudia harus mengalami beberapa efek samping yang kurang menyenangkan. Di tahun pertamanya kuliah, Claudia sempat mengalami kejang dan harus dilakukan operasi otak. Ia pun harus belajar berjalan dan menggerakkan tubuhnya ketika terkena stroke di tahun ketiganya.

"Perjalananku panjang dan beberapa kali terasa tidak mungkin, tapi apa yang membuatku terus berjalan adalah calon-calon pasienku. Aku belajar bahwa kita tidak membutuhkan penyembuhan. Kita ingin inklusi, kita butuh kesabaran, kita butuh aksesibilitas dan kita butuh individu yang ingin bekerja dengan kita untuk memberikan akomodasi yang masuk akal, secara hukum, kita diberi kewenangan," kata Claudia.

Meski mengalami sejumlah tantangan, Claudia berhasil tetap fokus pada studinya dan lulus dari lulusan kedokteran dengan IPK 4,0. Ia pun berhasil diterima di rumah sakit di mana ia dioperasi untuk pendidikan jenjang berikutnya. Claudia dikatakan akan lulus tahun depan namun sudah banyak melakukan kontribusi dengan mementori mahasiswa dan jadi voluntir untuk orang-orang berkebutuhan khusus.

Sumber: https://wolipop.detik.com/worklife/

Moratorium Fakultas Kedokteran dan Fakultas Kedokteran Gigi Baru

Tuntutan penghentian sementara peneribitan izin FK dan FKG bari itu disampaikan ketua Konsil Kedokteran Indonesia (KKI) Bambang Supriyatno. Tuntutan moratorium tersebut disepakati juga oleh Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI), Majelis Kolegium Kedokteran Indonesia (MKKI), Asosiasi Institut Pendidikan Kedokteran Indonesia (AIPKI), serja sejumlah organisasi lain.

Bambang menyatakan, ada peningkatan jumlah FK yang signifikan. Pada 2015 jumlah FK di Indonesia 72. “Sekarang ada 89 FK. Tampaknya bisa kebanyakan. FKG sekarang 32 unit,” katanya di kantor KKI, Jakarta, Kemarin (19/6) belum lagi terkait dengan akreditasinya, masih banyak FK yang terakreditasi C.