Pengembangan Perangkat Lunak Untuk Menilai Performa Klinis Dokter

Penyakit kritis merupakan proses yang time sensitive, dimana perlu penanganan segera dan performa klinis dari seorang dokter akan sangat menentukan. Pengembangan dan validasi instrumen untuk menilai performa klinis (clinical performance) sangat penting, agar dapat secara efektif membedakan performa dokter yang telah berpengalaman dengan dokter pemula.

Salah satu institusi kedokteran di Amerika Serikat, yaitu Department of Medicine, Mayo Clinic, Rochester, MN, USA telah mengembangkan sebuah instrumen perangkat lunak yang dinamai Checklist for Early Recognition and Treatment of Acute Illness (CERTAIN). Perangkat lunak ini dirancang untuk membantu para praktisi dalam mengambil keputusan klinis di tempat perawatan untuk pasien yang mengalami dekompensasi akut. Pada 30 September 2019 di Ruang Kuliah Gd. Radioputro Lt. 6 FK - KMK UGM berlangsung diskusi bersama dengan pendampingan dosen (Critical Appraisal) oleh mahasiswa Program Magister Ilmu Pendidikan Kedokteran dan Kesehatan FK - KMK UGM untuk membahas artikel di Jurnal BMC Emergency Medicine (2016) yang membahas tentang evaluasi kelayakan perangkat lunak CERTAIN. Jurnal tersebut mengangkat tema “Development and Validation of Clinical Performance Assessment in Simulated Medical Emergencies; an Observational Study.”

Menelusuri Keunggulan CBE Tree Model dalam Pembelajaran Community Based Education (CBE) Pada Mahasiswa Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Pembelajaran Community Based Education (CBE) secara strategis sangat penting untuk memberikan pengetahuan kontekstual pada mahasiswa kedokteran. Dengan CBE mahasiswa didorong untuk memahami berbagai faktor yang mempengaruhi kesehatan di masyarakat dari pendekatan socio behavioral. Saat ini banyak institusi pendidikan kedokteran yang mempraktikkan berbagai variasi model pembelajaran lapangan (CBE), namun sebagian besar umumnya tidak menjelaskan secara rinci bagaimana instructional design dari proses pembelajaran di lapangan. Hal ini disebabkan kurangnya panduan dalam memfasilitasi CBE.

12 Tips Pengenalan Emotional Intelligence pada Pendidikan Kedokteran

Emotional Intelligence (EI) adalah kemampuan untuk merekognisi, memahami dan mengatur emosi pada diri sendiri dan orang lain. EI sudah dikenal sebagai hal penting untuk kesuksesan individu dan organisasi dalam menjalankan sebuah bisnis, dan telah ada evidence terbaru yang membuktikan bawa peningkatan EI penting dalam kondisi medis. EI dalam meningkatkan komunikasi interpersonal, mengaktifkan resolusi konflik secara konstruktif, dan memperkenalkan profesionalisme budaya. Dengan adanya pelayanan kesehatan yang berbasis tim, kecakapan EI sangat dibutuhkan untuk membuat konsesus antara beberapa pemangku kepentingan yang multidisiplin, dan efek perubahan sikap dan perilaku yang hasilnya meningkatkan patient safety dan outcome klinis.

Perbedaan Budaya Mempengaruhi Pembelajaran Clinical Reasoning Mahasiswa Kedokteran

Clinical reasoning (CR) merupakan keterampilan yang penting dan kompleks bagi mahasiswa kedokteran. Keterampilan ini mengarahkan mahasiswa hingga tahap mendiagnosis dan memberikan rencana terapi. Mayoritas fakultas kedokteran di wilayah Asia Pasifik telah mengadopsi kurikulum kedokteran berdasarkan pedagogi barat, sehingga budaya barat sangat berpengaruh dalam mengajarkan keterampilan ini. Namun demikian, sampai saat ini ekspolorasi/penelitian yang terkait pengaruh budaya pada proses mengajar dan belajar di kedokteran masih sangat minimal.

Pada 16 September 2019 dilaksanakan diskusi bersama dengan pendampingan dosen (Critical Appraisal) oleh mahasiswa Program Magister Ilmu Pendidikan Kedokteran dan Kesehatan FK - KMK UGM Angkatan 2018 dan 2019 yang bertempat di Ruang Kuliah Gd. Radioputro Lt. 6 FK - KMK UGM untuk membahas artikel pada jurnal BMC Medical Education yang berjudul “How Clinical Reasoning is Taught and Learned: Cultural Perspectives from the University of Melbourne and Universitas Indonesia.” Tulisan tersebut melakukan eksplorasi terhadap isu yang berkaitan dengan clinical reasoning.

Mendorong Motivasi Instrinsik Mahasiswa Kedokteran Melalui Kegiatan Ekstra Kurikuler

LearnerCentered Student run Clinic (LC-SRC) adalah kegiatan ekstra kurikuler yang didesain untuk mengajarkan dan melatih keterampilan mahasiswa melakukan tugas sebagai dokter di dalam konteks kehidupan yang nyata (misalnya di klinik rawat jalan). Kegiatan ini  bertujuan untuk memberikan pengalaman klinik sedini mungkin dengan pasien yang sebenarnya (bukan pasien simulasi) dan memberi tanggung jawab akan pelayanan kepada pasien termasuk tindak lanjutnya, yang dilakukan dengan kerja sama tim (teamwork) serta mendapatkan supervisi dari dokter senior/dosen. Di dalam studi terkini, teori yang mendasari LC - SRC adalah Teori Self Determination. Berdasarkan teori tersebut, keterlibatan mahasiswa sedari awal di klinik yang dikombinasikan dengan tanggung jawab yang tinggi membuat kegiatan LC - SRC sebagai kegiatan yang mendukung timbulnya motivasi intrinsik mahasiswa.