Sebagai negara perokok terbesar ketiga di dunia, penyakit akibat rokok telah menjadi penyebab utama kematian di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan sejauh mana topik tembakau dan merokok dipikirkan dalam kurikulum sekolah kedokteran.
Penelitian ini didasarkan pada survei cross sectional terpisah yang dilakukan pada 2007, 2009, 2010 dan 2011. Partisipan adalah 1696 mahasiswa (733 laki-laki dan 963 perempuan) Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada (FM UGM). Mereka adalah angkatan Kurikulum Pembelajaran Berbasis Masalah (N-PBLC), Kurikulum PBL (PBL-C) dan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Data dikumpulkan melalui kuesioner yang dikelola sendiri. Analisis deskriptif digunakan untuk menyajikan data.
Materi tentang rokok telah disampaikan di FM UGM oleh beberapa dosen (mahasiswa N-PBLC) dan blok (mahasiswa PBL-C dan CBC). Sebanyak 40,6% hingga 83,5% siswa dalam survei 5 tahun melaporkan bahwa mereka telah dilatih tentang mata pelajaran yang membahas topik merokok. Topik tentang cara membantu berhenti merokok dilaporkan lebih rendah (12,3%-50%) dibandingkan topik penyakit terkait tembakau atau tembakau dan kesehatan masyarakat. Sebagian besar mahasiswa menyebutkan bahwa dokter harus bertanya dan memberi nasehat atau edukasi pasien (96,7 % – 99,8 %). Lebih dari 95% siswa menyatakan bahwa pengajaran yang membahas penyakit akibat merokok penting untuk diajarkan dan dilatih di sekolah kedokteran.
Pengajaran dan pembelajaran pada mata pelajaran penyakit yang berhubungan dengan rokok sudah diberikan, namun perlu ditingkatkan terutama pada keterampilan untuk membantu pasien berhenti merokok. Penulis: Yayi Suryo Prabandari
Selengkapnya: KLIK DISINI
COMMENTS