Pandemi COVID-19 telah mengubah dasar pendidikan kedokteran di seluruh dunia. Untuk menjamin keselamatan mahasiswa, mencegah transmisi penyakit berkelanjutan, dan untuk menghemat penggunaan APD, maka Association of American Medical Colleges (AAMC) sangat merekomendasikan untuk menunda partisipasi mahasiswa pada pelayanan pasien secara langsung pada masa awal pandemi. Pembelajaran daring dapat menggantikan beberapa kegiatan selama pandemi, namun, terdapat peningkatan panggilan untuk mahasiswa berpartisipasi dalam merespon pandemi ini.
Kegiatan pembelajaran pelayanan pasien yang aman untuk melatih dokter masa depan dalam merespons pandemi sangatlah penting untuk dilakukan, dan pandemi saat ini telah menciptakan kesempatan untuk memperkenalkan pendidikan tentang respons pandemi ke dalam kurikulum mahasiswa kedokteran. Dalam keadaan darurat global yang belum pernah terjadi sebelumnya ini, menyeimbangkan pembelajaran mahasiswa kedokteran dengan layanan klinis dan kesehatan masyarakat menjadi lebih penting daripada sebelumnya.
Di The University of Texas di Austin Dell Medical School (DMS), terdapat mata kuliah elektif (pilihan) untuk mahasiswa kedokteran yang disebut “Pandemi COVID-19: Kesehatan Global di Garda Depan”. Tujuan pembelajaran adalah untuk:
- Menjelaskan gambaran klinis dan epidemiologi penyakit SARS-CoV-2 dan COVID-19
- Mengidentifikasi ciri – ciri utama tanggapan pandemi di tingkat global, nasional, dan lokal
- Menganalisis bagaimana pandemi global bersinggungan dengan isu-isu seperti keadilan kesehatan, keadilan sosial, desain sistem kesehatan, kebijakan perawatan kesehatan, tata kelola politik, budaya, komunikasi, penelitian, pendidikan, dan etika.
Kegiataan elektif ini memiliki dua komponen utama: 1) platform online dengan modul asynchronous, bacaan, papan diskusi, dan presentasi kelompok (10 – 15 jam per minggu); dan 2) penempatan lapangan respons pandemi di sistem kesehatan atau situs mitra komunitas (25 – 30 jam per minggu). Sebagian besar penempatan lapangan bersifat virtual; tidak ada yang melibatkan kontak pasien yang membutuhkan APD.
Kegiatan elektif ini diterima dengan baik oleh mahasiswa, mencapai tujuan yang telah ditetapkan, dan menarik perhatian publik. Keterlibatan mahasiswa dalam kegiatan tanggap bencana tidak cukup untuk mengatasi kecemasan terkait bencana; namun juga harus mencakup perawatan diri selama masa krisis. Inovasi pendidikan ini dapat menjadi model untuk sekolah kedokteran secara global.
Selengkapnya : https://bmcmededuc.biomedcentral.com/articles/10.1186/s12909-021-02616-9
COMMENTS