Diperlukan adanya waktu belajar mandiri yang cukup untuk residen karena penting untuk pengembangan profesional mereka. Waktu belajar mandiri memiliki hubungan linier yang positif dengan perolehan pengetahuan klinis. Pada 2024, pembatasan jam kerja akan diterapkan di Jepang untuk residen. Oleh karena itu, hubungan pembatasan jam kerja dengan kebiasaan belajar residen harus dievaluasi. Di Amerika Serikat, pembatasan jam kerja memiliki hubungan minimal atau tidak ada hubungannya dengan waktu belajar mandiri para residen. Maka, dilakukan sebuah penelitian di Jepang yang bertujuan untuk menilai hubungan antara jam kerja dan waktu belajar mandiri residen menggunakan informasi dari survei General Medicine In-Training Examination (GM-ITE).
Dalam studi ini, residen dengan jam kerja kurang dari 60 jam per minggu memiliki waktu belajar mandiri yang lebih pendek dibandingkan dengan yang memiliki jam kerja antara 60 dan 65 jam per minggu. Hasil ini menunjukkan bahwa jam kerja residensi yang lebih panjang mungkin tidak selalu dikaitkan dengan lebih banyak waktu untuk belajar mandiri. Ada kemungkinan bahwa residen yang kurang termotivasi memilih rumah sakit dengan jam kerja yang lebih pendek. Selain itu, pembatasan jam kerja di Jepang dapat berisiko mempersingkat waktu belajar mandiri para residen. Menyediakan sumber daya pendidikan online dan lingkungan belajar yang kondusif di rumah sakit dapat meningkatkan kebiasaan belajar residen.
Penelitian ini memiliki potensi bias seleksi, karena GM-ITE bersifat sukarela untuk rumah sakit pendidikan, maka hanya sekitar sepertiga dokter residen di Jepang yang berpartisipasi dalam penelitian ini. Kesimpulan yang bisa diambil, pada 2024 ketika pembatasan jam kerja dimulai di Jepang, setiap program residensi harus mendorong residennya untuk mempunyai waktu belajar mandiri yang lebih banyak untuk menjaga kualitas residen.
Selengkapnya KLIK DISINI
COMMENTS