Dokter yang melakukan refleksi secara kritis akan menginterpretasikan pengalaman, menyadari keterbatasannya, dan akan menjadi pembelajar sepanjang hayat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan refleksi siswa dengan memberikan umpan balik dan perbedaan kemampuan refleksi antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol. Penelitian menggunakan pre and post control group design. Subyek penelitian ini adalah 62 mahasiswa kedokteran FK UGM angkatan II yang telah mengumpulkan refleksi naratif kepada Gamel (n = 176 mahasiswa) dan bersedia berpartisipasi, dibagi menjadi 2 kelompok dengan simple random sampling. Intervensi kelompok perlakuan adalah pemberian umpan balik berdasarkan hasil refleksi naratif dari Gamel dilanjutkan dengan penugasan refleksi naratif. Refleksi naratif subyek dinilai menggunakan rubrik REFLECT, dan dianalisis dengan tes Wilcoxon dan Mann-Whitney.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan refleksi sebelum dan sesudah tes siswa berada pada tahap refleksi. Memberi umpan balik sekali tidak meningkatkan kemampuan dari tahap refleksi ke tahap refleksi kritis. Hasil ini mungkin disebabkan oleh beberapa hal: refleksi kritis tidak terjadi tanpa pengalaman yang signifikan/dramatis yang mengubah perspektif sehingga menghasilkan pembelajaran yang transformatif, umpan balik yang diberikan secara teratur, kurangnya kepercayaan kepada instruktur yang bukan dosen universitas.
Hasil lain penurunan kemampuan refleksi secara umum setelah 6 bulan menunjukkan perlunya dilakukan kegiatan/tugas refleksi di setiap semester untuk mempertahankan dan meningkatkan kemampuan refleksi. Peningkatan kemampuan refleksi dari tahap refleksi ke tahap refleksi kritis tidak terjadi dengan umpan balik tunggal. Jika pemantulan tidak dilakukan secara teratur dapat menyebabkan penurunan kemampuan refleksi.motivasi belajar. Penulis: Imelda Ritunga, Gandes Retno Rahayu, Yoyo Suhoyo
Selengkapnya KLIK DISINI
COMMENTS