Yogyakarta. Pusat Kebijakan dan Manajemen Kesehatan (PKMK) UGM menyelenggarakan acara webinar Pengantar Penelitian Kebijakan untuk Para Dosen/Peneliti Departemen IKM-IKP-IKK atau Kedokteran seri 4 pada Kamis (18/4/2024). Kegiatan yang bertopik “Best Practice Menulis Proposal Penelitian” ini diadakan secara daring melalui Zoom Meeting dan Live Streaming Youtube. Pembawa acara untuk sesi ini adalah Mashita Inayah, S.Gz, yang memperkenalkan rincian kegiatan serta mengenalkan para pembicara dan moderator. Sesi dimulai dengan tinjauan pertemuan sebelumnya yang disampaikan oleh Tri Muhartini, MPA yang bertindak sebagai moderator.
Penelaahan dalam bentuk asesmen survei kepada para peserta dimulai dengan mempertimbangkan berbagai pemahaman dasar sebelum dan setelah pelaksanaan kegiatan dari beberapa sesi pelatihan sebelumnya. Poin-poin yang diukur terkait dengan bukti untuk kebijakan (evidence to policy), peran translasi pengetahuan (knowledge translation), tujuan dari policy brief, perbedaannya dengan ringkasan penelitian, bentuk dari policy brief, hingga strategi penggunaannya. Secara umum, terjadi peningkatan pemahaman di antara para peserta yang mengikuti sesi-sesi webinar ini terkait beberapa poin tersebut.
Pembicara utama dalam sesi ini adalah Prof. Laksono Trisnantoro, M.Sc, PhD. Laksono memulai dengan menyapa dan mengucapkan selamat Hari Raya Idul Fitri kepada para peserta, mengingat sesi ini merupakan sesi pertama yang diselenggarakan setelah Lebaran.
Laksono menjelaskan bahwa tujuan dari seri webinar ini adalah untuk memahami penelitian kebijakan, implementasi penelitian, peran advokasi dalam penyusunan policy brief, dan memulai penulisan proposal. Riset kebijakan ini dimaksudkan untuk menghubungkan dunia nyata dan dunia akademis dalam menyelesaikan masalah-masalah kesehatan di lapangan. Tim akademisi akan mengumpulkan fakta, mengolahnya, dan menghasilkan pendekatan yang diperlukan untuk menangani masalah kesehatan.
Dengan demikian, sesi ini bertujuan untuk menegaskan praktik terbaik dari model riset ini dengan mempertimbangkan kebutuhan dasar, tingkat kebijakan, serta kemitraan yang saling mendukung. Riset ini dapat dilakukan untuk keperluan kebijakan nasional melalui studi multi-sites yang melibatkan anggota peneliti dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia dan bekerja sama dengan pembuat kebijakan. Selain itu, model lain yang dapat diterapkan adalah studi berfokus pada tingkat lokal/spesifik. Namun, yang menjadi kunci adalah pemilihan topik yang menjadi prioritas di berbagai tingkatan, seperti contohnya masalah kesehatan mata dan jantung yang dibahas dalam kesempatan ini.
Peserta juga diberikan kesempatan untuk menyusun kembali topik penelitian sesuai minat masing-masing, yang kemudian akan didiskusikan dalam sesi tanya jawab. Berikut adalah beberapa poin yang dibahas dalam diskusi dan pembahasan topik-topik peserta:
Tami BRIN menanyakan dalam beberapa riset yang dilakukan, saat ini masih sekedar “science to science”. Meskipun saat ini minat tertuju pada bidang kesehatan masyarakat, apakah masih relevan untuk melakukan model penelitian kebijakan tersebut?. Laksono menjawab dari berbagai tahap kasus dan situasi masyarakat terkait dengan penyakit jantung hingga peran klinis, sangat penting untuk melihat semua aspek yang berkaitan dengan masalah jantung secara holistik.
Prof Yani menanyakan saat ini belum ada pemahaman mendalam tentang kebijakan terbaru. Diperlukan kolaborasi untuk melakukan beberapa penelitian agar muncul ide-ide yang dapat segera diterapkan, terutama di area puskesmas. Salah satu pernyataan yang didorong adalah kebijakan pengadaan tenaga gizi di tingkat puskesmas, namun perlu diteliti lebih lanjut apakah langkah ini tepat untuk menyelesaikan masalah tersebut. Data rutin dapat diperoleh dari dinas kesehatan, meskipun tidak sebaik data survei seperti SSGI yang dapat langsung diolah.
Laksono menjawab diperlukan penggunaan alat atau data rutin dengan biaya yang lebih terjangkau. Kita juga dapat mencari para peneliti independen dari berbagai fakultas kedokteran agar dapat menggunakan data multi-sites yang lebih murah. Penting untuk menemukan profesor atau senior/dosen sebagai pemimpin dalam setiap topik.
Novita HS menanyakan jika data rutin diperoleh dari 20 puskesmas di Kota Medan, apakah tetap bisa digunakan untuk riset implementasi?
Laksono menerangkan kita dapat menggunakan data tersebut, baik secara spesifik untuk lokasi tertentu, maupun secara multi-sites secara nasional. Data tersebut dapat digunakan seperti data dari One Health, dimana modelnya mirip dengan pendataan COVID-19. Data yang digunakan adalah data rutin secara nasional, dan akan melibatkan peneliti dari berbagai fakultas kedokteran di Indonesia.
Mahadina VS dari Puskesmas Pekalongan menanyakan bagaimana melihat efektivitas pemeriksaan USG dalam layanan ANC di puskesmas?
Laksono menjawab kita dapat melakukan penelitian yang spesifik, namun sebenarnya bisa diterapkan secara luas untuk melihat masalah ini secara nasional dengan melibatkan berbagai daerah di Indonesia.
Prof Rizanda Machmud menyatakan Universitas Andalas tertarik dengan kebijakan terkait katarak dan penyakit jantung yang berbasis rumah sakit, dengan penelitian multi-pusat, sementara pendanaannya dapat dicari di fakultas dengan melibatkan mahasiswa S3.
Laksono menjawab Departemen Jantung di Universitas Andalas diharapkan dapat bergabung dalam penelitian ini. Dana dapat dikelola dengan sangat efisien dengan membayar mereka yang menganalisis data. Kita juga dapat melibatkan berbagai pihak dari berbagai disiplin ilmu. Fakultas kedokteran dapat menjadi pemimpin dalam penelitian multi-pusat dan memiliki hubungan yang dekat dengan para pemangku kebijakan di daerah. Kita dapat memulai dengan mengumpulkan data kasus yang sudah ada, seperti kasus katarak dan penyakit jantung.
Rosyidah menanyakan analisis kesiapan rumah sakit dalam implementasi KRIS, bagaimana cara mengukur dan mempresentasikan kesiapannya?
Laksono menjawab kita dapat mencari dan bekerja sama dengan tim di departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat atau Fakultas Kedokteran.
Titik Hidayat dari UMY menyatakan saya ingin memilih dan berkontribusi dalam penelitian tentang penyakit jantung, meskipun saat ini minat saya lebih tertuju pada bidang ginjal. Karena gagal ginjal dapat menjadi masalah besar jika tidak ditangani sejak dini.
Laksono menjawab data terkait ginjal sudah tersedia, meskipun belum diolah. Ke depan, akan diadakan beberapa forum diskusi untuk mendalami masalah ini lebih lanjut.
Reporter: Faisal Mansur, MPH (Divisi Public Health, PKMK UGM)
COMMENTS