FK UGM Inspirasi Dokter Muda Lewat Buku

Fakultas Kedokteran (FK) UGM meluncurkan buku Sejarah Fakultas Kedokteran UGM bersamaan dengan talkshow, Rabu (1/11/2017). Buku itu diterbitkan, selain untuk dokumentasi sekaligus sebagai pelecut semangat dokter muda untuk meneladani dokter-dokter terdahulu dalam membangun FK UGM menjadi FK pertama di Indonesia.

Dekan Fakultas Kedokteran UGM Profesor Ova Emilia menjelaskan, penerbitan buku itu sebagai dokumentasi sejarah FK UGM dari mulai zaman perjuangan hingga saat ini. Buku tersebut sekaligus diharapkan dapat menjadi penyemangat para akademisi FK UGM terutama dokter muda tentang sulitnya mendirikan lembaga pendidikan dokter hingga menghasilkan dokter yang bermanfaat bagi masyarakat.

Beberapa semangat yang perlu diteladani antara lain, tentang UGM sebagai kampus kerakyatan yang dibuktikan dengan sejarah. Pasalnya, dibukanya FK UGM ketika itu butuh perjuangan sehingga semangat para pendahulu itu yang harus ditularkan kepada para dokter muda.

“UGM memang dekat dengan masyarakat sehingga disebut kampus rakyat, dalam arti konsen dengan masalah timbul di masyarakat,” ungkap dia, Rabu (1/11/2017).

Pentingnya meneladani dokter terdahulu itu, kata dia, sekaligus agar menghindarkan para calon dokter menjalankan profesinya
dengan arogan. Bahwa nilai yang dibangun para pendahulu ketika mendirikan FK UGM sangat mulia dengan kemanusiaan. “Teladan pendahulu harus ditiru, jangan sampai menjadi dokter yang arogan,” ungkap dia.

Sebagai penyusun utama dari buku tersebut, ia mengakui proses penyusunan buku tergolong lama, sejak 2015. Pasalnya, ia
sendiri bukan ahli sejarah sehingga ia mengajak para ahli sejarah untuk membantu proses penulisan tersebut. Sudah ada edisi
sebelumnya yaitu saat FK UGM berusia 25 tahun dan 50 tahun.

Kendala proses penulisan tersebut salah satunya dokumentasi tergolong jelek. Oleh karena itu, pihaknya berencana setiap beberapa tahun melakukan update dokumen. Bahkan, ia melakukan penelusuran arsip dari universitas hingga nasional. Kemudian, ia melakukan penggabungan referensi yang ditulis sejumlah akademisi terdahulu. “Versinya kadang berbeda, makanya butuh sejarawan, karena dia yang memiliki metode untuk melakukan klarifikasi, mengecek agar valid,” ujar dia.

Ia menambahkan, pionir di FK UGM adalah Profesor Sardjito yang ketika itu sudah berpikir maju. Selain itu, ia rela berkorban
dan tidak memikirkan gaji sebagai dokter. “Sampai dia bertaruh nyawan, dia membawa vaksin cacar dengan dimasukkan ke dalam perut kerbau. Banyak hal yang perlu dicontoh,” kata dia.

Buku tersebut diharapkan menjadi dokumen narasi sejarah perjalanan pembentukan pendidikan kedokteran mulai dari School tot Opleiding van Indische Artsen (STOVIA), sebuah lembaga pendidikan dokter Jawa di Batavia yang kemudian menjadi Nederlandsch Indische Artsen School (NIAS) sampai dengan proses pendirian Fakultas Kedokteran UGM.

Sumber: http://www.solopos.com/2017/11/02/fk-ugm-inspirasi-dokter-muda-lewat-buku-865342