Membantu mengatasi masalah depresi, cemas dan stres pada mahasiswa.

http://cdn.klimg.com/merdeka.com/i/w/news/2013/05/29/197439/670x335/stres-bisa-picu-gaya-hidup-sehat-benarkah.jpg

Mungkinkah mencegah masalah kesehatan mental pada mahasiswa perguruan tinggi? Jawabannya adalah “ya”, temuan ini berdasarkan hasil penelitian tim psikolog dari Loyola University Chicago yang melakukan review sistematik pada 103 intervensi universal. Review ini melibatkan lebih dari 10.000 mahasiswa tahun kedua dan keempat pada jenjang program sarjana dan pascasarjana. Temuan ini telah diterbitkan pada May 2015 issue of Prevention Science, dipublikasikan oleh Springer.

Hasil penelitian  menunjukkan bahwa intervensi dengan cara prevensi universal yang mana program tersebut menargetkan mahasiswa secara umum, bukan hanya mahasiswa yang berisiko atau yang telah mempunyai masalah kesehatan mental-efektif secara signifikan menurunkan kejadian yang berhubungan dengan stres, gangguan kecemasan dan depresi. Program tersebut juga membantu tidak hanya pada kemampuan sosial-emosional, persepsi-diri, dan hubungan interpersonal, namun juga pencapaian akademik mereka. Bagaimanapun, program tersebut memiliki perbedaan dalam tingkat keefektifan.

Temuan ini mempunyai implikasi penting karena stres, gangguan kecemasan dan depresi adalah masalah penyesuaian diri yang paling sering ditemui pada mahasiswa. Lebih jauh lagi, masalah ini dapat mengganggu performa akademik dan kemampuan mengingat mahasiswa. Sebaliknya, mengembangkan sifat psikososial yang baik, diantaranya kemampuan adaptasi sosial dan emosional, persepsi diri yang positif dan hubungan interpersonal yang suportif, menunjukkan  hubungan yang baik ke kesehatan mental dan performa akademik serta kemampuan mengingat.

Penulis mendiskusikan nilai penting dari program pelatihan ketrampilan dengan fokus pencegahan masalah kesehatan mental dan aplikasinya di kondisi pendidikan tinggi. Mereka menyimpulkan bahwa program yang efektif untuk mencegah stres emosional dan mengembangkan aspek psikososial perlu digunakan lebih luas lagi.

Sumber :

http://www.sciencedaily.com