Student-run clinic, mungkinkah jadi solusi masa depan pendidikan kedokteran kita?

Category: Arsip Pengantar Written by Fadjar Wibowo Hits: 4186

Konstelasi pendidikan kedokteran di Indonesia kini sedang dikisruhi isu pro-kontra program dokter internship di Indonesia. Meski mendapat penolakan dari berbagai pihak atas berbagai kekurangan yang kebanyakan berasal dari peserta pendidikan kedokteran sendiri. Beberapa alasan seperti proses penempatan yang kurang transparan, dana santunan kehidupan yang minimal, dan perpanjangan masa persiapan yang dibutuhkan dalam mendapatkan izin praktek sebagai dokter mandiri menjadi fokus utamanya. Namun demi melanjutkan pemerataan sebaran dokter dan menjaga kualitas pelayanan kesehatan Kementerian Kesehatan RI tetap bersikukuh melanjutkan kebijakan program dokter internship ini.

Program dokter internship sendiri merupakan respon pemerintah terhadap berbagai keluhan dinas kesehatan daerah yang intinya adalah keterampilan dan kesiapan dokter-dokter baru yang bertugas di daerah dianggap belum memadai. Melalui program dokter internship pemerintah bermaksud meningkatkan kesiapan dokter baru dengan memberi kesempatan langsung terjun ke wahana pelayanan kesehatan di masyarakat di bawah supervisi dokter setempat. Namun sayangnya skenario ini justru semakin memperpanjang proses para dokter muda menuju jenjang karir dokter paripurna yang sebelumnya mereka bayangkan. Jika memang sudah lulus program pendidikan profesi dokter mengapa masih harus dimagangkan? Bukankah menjadi dokter yang siap pakai merupakan bagian dari proses pendidikan yang seharusnya menjadi tanggung jawab si "produsen dokter" yakni fakultas kedokteran dan rumah sakit pendidikan? Lalu bagaimana institusi pendidikan kedokteran dapat mempersiapkan calon dokter dengan keterampilan dan kesiapan mental lebih dini?

Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas, terutama poin terakhir, kami hadirkan sebuah laporan evaluasi program Student-Run Clinic (SRC) di Kanada. Program SRC di Kanada merupakan bagian program pendidikan dokter yang menggabungkan dua aspek utama, yakni pendidikan dan pelayanan kesehatan. Pelayanan yang disediakan oleh mahasiswa kedokteran tahun pertama, didukung mahasiswa profesi kesehatan lain dan ditujukan kepada kelompok masyarakat ekonomi lemah ini, berbuah solusi multi-domain; pendidikan kedokteran, pelayanan kesehatan, dan pembiayaan kesehatan dalam waktu bersamaan. Menjamurnya program Student-Run Clinic di Kanada telah diklaim mampu meningkatkan pemerataan dan menyediakan layanan kesehatan cuma-cuma bagi yang tidak mampu. Bagi mahasiswa kedokteran dan profesi kesehatan lain SRC menjadi instrument pendidikan yang efektif dalam membentuk perilaku klinik yang profesional. Sebuah terobosan dalam meningkatkan kualitas lulusan dokter melalui improvisasi kurikulum pendidikan, bukan mereparasinya setelah diluluskan.

Untuk membaca jurnal silahkan