Menelusuri Keunggulan CBE Tree Model dalam Pembelajaran Community Based Education (CBE) Pada Mahasiswa Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Pembelajaran Community Based Education (CBE) secara strategis sangat penting untuk memberikan pengetahuan kontekstual pada mahasiswa kedokteran. Dengan CBE mahasiswa didorong untuk memahami berbagai faktor yang mempengaruhi kesehatan di masyarakat dari pendekatan socio behavioral. Saat ini banyak institusi pendidikan kedokteran yang mempraktikkan berbagai variasi model pembelajaran lapangan (CBE), namun sebagian besar umumnya tidak menjelaskan secara rinci bagaimana instructional design dari proses pembelajaran di lapangan. Hal ini disebabkan kurangnya panduan dalam memfasilitasi CBE.

12 Tips Pengenalan Emotional Intelligence pada Pendidikan Kedokteran

Emotional Intelligence (EI) adalah kemampuan untuk merekognisi, memahami dan mengatur emosi pada diri sendiri dan orang lain. EI sudah dikenal sebagai hal penting untuk kesuksesan individu dan organisasi dalam menjalankan sebuah bisnis, dan telah ada evidence terbaru yang membuktikan bawa peningkatan EI penting dalam kondisi medis. EI dalam meningkatkan komunikasi interpersonal, mengaktifkan resolusi konflik secara konstruktif, dan memperkenalkan profesionalisme budaya. Dengan adanya pelayanan kesehatan yang berbasis tim, kecakapan EI sangat dibutuhkan untuk membuat konsesus antara beberapa pemangku kepentingan yang multidisiplin, dan efek perubahan sikap dan perilaku yang hasilnya meningkatkan patient safety dan outcome klinis.

Perbedaan Budaya Mempengaruhi Pembelajaran Clinical Reasoning Mahasiswa Kedokteran

Clinical reasoning (CR) merupakan keterampilan yang penting dan kompleks bagi mahasiswa kedokteran. Keterampilan ini mengarahkan mahasiswa hingga tahap mendiagnosis dan memberikan rencana terapi. Mayoritas fakultas kedokteran di wilayah Asia Pasifik telah mengadopsi kurikulum kedokteran berdasarkan pedagogi barat, sehingga budaya barat sangat berpengaruh dalam mengajarkan keterampilan ini. Namun demikian, sampai saat ini ekspolorasi/penelitian yang terkait pengaruh budaya pada proses mengajar dan belajar di kedokteran masih sangat minimal.

Pada 16 September 2019 dilaksanakan diskusi bersama dengan pendampingan dosen (Critical Appraisal) oleh mahasiswa Program Magister Ilmu Pendidikan Kedokteran dan Kesehatan FK - KMK UGM Angkatan 2018 dan 2019 yang bertempat di Ruang Kuliah Gd. Radioputro Lt. 6 FK - KMK UGM untuk membahas artikel pada jurnal BMC Medical Education yang berjudul “How Clinical Reasoning is Taught and Learned: Cultural Perspectives from the University of Melbourne and Universitas Indonesia.” Tulisan tersebut melakukan eksplorasi terhadap isu yang berkaitan dengan clinical reasoning.

Mendorong Motivasi Instrinsik Mahasiswa Kedokteran Melalui Kegiatan Ekstra Kurikuler

LearnerCentered Student run Clinic (LC-SRC) adalah kegiatan ekstra kurikuler yang didesain untuk mengajarkan dan melatih keterampilan mahasiswa melakukan tugas sebagai dokter di dalam konteks kehidupan yang nyata (misalnya di klinik rawat jalan). Kegiatan ini  bertujuan untuk memberikan pengalaman klinik sedini mungkin dengan pasien yang sebenarnya (bukan pasien simulasi) dan memberi tanggung jawab akan pelayanan kepada pasien termasuk tindak lanjutnya, yang dilakukan dengan kerja sama tim (teamwork) serta mendapatkan supervisi dari dokter senior/dosen. Di dalam studi terkini, teori yang mendasari LC - SRC adalah Teori Self Determination. Berdasarkan teori tersebut, keterlibatan mahasiswa sedari awal di klinik yang dikombinasikan dengan tanggung jawab yang tinggi membuat kegiatan LC - SRC sebagai kegiatan yang mendukung timbulnya motivasi intrinsik mahasiswa.

Keunggulan Metode Pembelajaran Aktif dalam Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Mahasiswa Farmasi

Pembelajaran aktif sangat dibutuhkan bagi mahasiswa kedokteran maupun profesi kesehatan dalam penguasaan dan aplikasi dari pengetahuan serta ketrampilan yang telah dipelajari. Aktivitas pembelajaran yang digunakan untuk mendukung pembelajaran aktif, seperti flipped class room, problem based learning, simulasi, games, diskusi kelompok, studi kasus interaktif dan penggunaan pasien terstandar (standardized patient). Dalam pendidikan profesi kesehatan seperti farmasi, penggunaan pasien terstandar telah dilakukan sejak lama. Dalam implementasinya, penggunaan pasien terstandar dengan maksud untuk melatih penguasaan berbagai keterampilan menunjukkan hasil yang efektif sebagai metode pembelajaran dan memberikan lingkungan yang “aman” bagi mahasiswa karena tidak langsung berhubungan dengan pasien sesungguhnya. Tentu saja penggunaan metode ini di samping metode lainnya memiliki kelebihan sekaligus tantangan terkait waktu dan pendanaan yang akan diuraikan lebih detail dalam artikel jurnal yang berjudul “ Improving Pharmacy Student Communication Outcomes Using Standardized Patients”.