young-scientist


Yth.Para Dosen UGM,

Di perguruan tinggi, disamping pemimpin struktural (dekanat, dan rektorat) ada kelompok pemimpin lain yaitu Pemimpin Ilmu. Kelompok ini mempunyai konsep kepemimpinan yang berbeda dengan kepemimpinan dekanat atau rektorat. Pembedaan ini saya kemukakan berdasarkan pengalaman sebagai dosen selama 29 tahun yang mengalami gaya kepemimpinan dekan yang berbeda-beda, pengalaman sebagai pemimpin lembaga penelitian/konsultan selama 12 tahun, membaca berbagai buku dan jurnal, mengobservasi, meneliti dengan topik manajemen pendidikan tinggi, serta merintis karir sebagai pemimpin keilmuan (Scientist Leader).

Mengapa ada Pemimpin Keilmuan? Ada beberapa alasan, antara lain:

  • Pengembangan ilmu membutuhkan pemimpin yang tugas dan fungsinya lebih pada memimpin keilmuan, bukan sebagai pejabat struktural di lembaga pendidikan;
  • Perguruan tinggi mempunyai masyarakat ilmiah. Scientist leader memimpin anggota dengan bidang ilmu yang sama di universitasnya, dan mempunyai follower keilmuan di Indonesia atau di dunia;
  • Dalam konteks riset: posisi scientific leader sebagai pemimpin tim riset dalam ilmu tertentu;
  • Kinerja dan reputasi sebuah perguruan tinggi       sangat ditentukan oleh kinerja para dosen khususnya yang menjadi leader dalam bidang ilmunya.

Sebagai catatan: saat ini berbagai pengukuran ranking perguruan tinggi dan

Indikator-Indikator Perguruan Tinggi kelas dunia, biasanya ditentukan oleh kinerja dosen-dosennya. Misal kegiatan menulis paper, meneliti, dan mengajar. Di berbagai universitas kelas dunia, dosen dituntut untuk produktif. Ada istilah: “Publish or perish”. Dengan demikian, jelas ada hubungan antara kinerja dosen dengan ranking Perguruan Tinggi.

Siapa Para Scientist Leaders?

Tidak semua dosen dapat menjadi Pemimpin Keilmuan. Ada beberapa gambaran tentang sosok Pemimpin Keilmuan.

  • Mereka adalah para dosen yang mendidik mahasiswa, mengembangkan ilmu pengetahuan secara konsisten, dihormati peers-nya, dan mempunyai pengikut (follower) untuk bidang ilmunya.
  • Mereka memimpin program studi pendidikan, laboratorium, studio, pusat dan unit penelitian, tim penelitian, dan menghasilkan karya-karya ilmiah yang meningkatkan kinerja perguruan tinggi.
  • Dalam jabatan akademik, banyak diantaranya yang mencapai jenjang tertinggi, Professor.

 

Apakah Sudah Ada Program Pengembangan untuk Pemimpin Keilmuan?

Fakta yang terjadi saat ini di Indonesia, para scientist leaders ini masih belum dikembangkan, dihargai, dan di-support termasuk fasilitas ruang kerja minimal oleh negara dan lembaga pendidikan. Banyak masalah yang dihadapi dosen, misal menulis jurnal internasional, mencari grant, memasarkan produk inovasinya, networking, sampai mengelola patent. Hal-hal ini yang seharusnya dikembangkan secara sistematis oleh perguruan tinggi di Indonesia sebagai bagian dari ketrampilan kepemimpinan keilmuan.

Dalam konteks ini, ada kemungkinan seorang dosen lebih cocok menjadi leader struktural, sementara yang lainnya lebih cocok menjadi pemimpin keilmuan. Memang ada dosen super yang bisa menjadi pemimpin di dua-duanya: struktural dan keilmuan. Perlu digarisbawahi, dalam periode 8 tahun misalnya (2 kali masa jabatan dekan), tentunya di sebuah fakultas hanya ada 1 dekan. Akan tetapi pemimpin keilmuwan bisa banyak. Di sebuah fakultas yang besar bisa lebih dari 50 sampai ratusan, tergantung pada jumlah bidang ilmu yang dikembangkan. Perbedaan lainnya adalah, jabatan dekan dan rektor adalah sementara, maksimal 8 atau 10 tahun. Sementara itu, waktu memimpin para pemimpin keilmuan dapat seumur hidup, sampai meninggal atau pensiun.

Apakah ada kemungkinan dilakukan program pengembangan Pemimpin Ilmu ini?   Tentunya iya,dengan cara yang sistematik untuk meningkatkan motivasi dan gairah untuk berfikir ilmiah, trampil dalam meneliti dan menulis, trampil mengeola, dan mempunyai kemampuan komunikasi dan networking yang baik. Ketrampilan-ketrampilan ini tentunya bukan didapat dengan cepat atau instan. Ketrampilan ini didapatkan dari proses panjang sejak dari posisi sebagai Scientist Muda.

Celakanya, seperti yang ditulis oleh Agus Suwignyo dosen Fakultas Ilmu Budaya UGM di Kompas pada Jumat tanggal 6 November 2015, banyak tarikan dari luar yang menyebabkan para dosen terutama yang bergelar Doktor dan Profesor menjadi bekerja di luar kampus. Para Doktor dan Profesor yang harusnya bekerja sebagai seorang akademisi, akhirnya berubah haluan menjadi seorang manajer, pejabat tinggi, bahkan menjadi politisi. Akibatnya seperti yang ditulis Agus Suwignyo 2 tahun yang lalu di Kompas, terjadi fenomena “kosongnya” kampus-kampus di Indonesia dari para Profesor aktif. Pendapat Agus Suwignyo ini dibenarkan oleh Profesor Terry Mart dari Universitas Indonesia. Situasi ini menjadi alarm yang sangat kuat, untuk mencegah bertambahnya Profesor pindah jalur. Di negara-negara maju dengan tradisi ilmiah yang kuat, hanya sedikit Profesor yang berada atau merangkap di jalur non-akademik. Sebagian besar berada di jalur akademik dan mempunyai kemampuan sebagai Pemimpin Keilmuan.

Atas dasar pemikiran ini, saya mengusulkan adanya Masyarakat Praktisi (Community of Practice) untuk Pengembangan Keilmuan. Masyarakat praktisi ini bertujuan untuk:

  • Berbagi tips dan pengalaman-pengalaman dalam mengembangkan diri untuk menjadi Pemimpin Keilmuan di bidang masing-masing;
  • Berfungsi sebagai forum ilmiah dan mengumpulkan serta membahas referensi yang open-source mengenai kepemimpinan ilmu;
  • Melakukan kerjasama bersama dan networking antar anggota dalam pengembangan diri.

Kegiatan Masyarakat Praktisi antara lain:

  • Melakukan diskusi-diskusi tatap muka dan online tentang pengalaman mengembangkan diri menjadi Pemimpin Keilmuan;
  • Melakukan penelitian mengenai kepemimpinan di perguruan tinggi;
  • Mengumpulkan referensi mengenai kepemimpinan di perguruan tinggi;
  • Study tour ke negara-negara yang lebih maju.

Kegiatan Masyarakat Praktisi ini menggunakan basis di web: www.manajemenpendidikantinggi.net

Untuk meresmikan Masyarakat Praktisi ini akan dilakukan pertemuan ilmiah pada tanggal 2 Desember 2015 yang disiarkan melalui website. Kami sangat mengharapkan partisipasi Bapak Ibu sekalian. Silakan mendaftar dan mencermati isi pertemuan dalam penjelasan selanjutnya.

Kami tunggu partisipasi aktif Anda.

 

Hormat kami

Laksono Trisnantoro

Penanggung-jawab Masyarakat Praktisi Pengembangan Kepemimpinan Ilmu