Tantangan Pendidik di Era 4.0

TANTANGAN 40Pendidikan di abad ke - 21 ini tidak dapat disamakan dengan model pendidikan pada era sebelumnya. Arus globalisasi dan perkembangan teknologi kini memasuki era revolusi industri 4.0. Menurut paparan Wold Economic Forum (2015), pada 2020 terdapat sepuluh jenis keterampilan (skill) yang relevan dengan era revolusi industri 4.0, yaitu: (1) complex problem solving, (2) coordinating with others, (3) people management, (4) critical thinking, (5) negotiation, (6) quality control, (7) service orientation, (8) judgement and decision making, (9) active learning, dan (10) creativity.

Tantangan pendidikan di era revolusi industri 4.0 tidak hanya berhubungan dengan upaya mempersiapkan lulusan dengan berbagai skill, tetapi perlu mempersiapkan sumber daya pendidik, khususnya dosen. Pada era ini dosen memiliki tuntutan lebih, baik dalam kompetensi maupun kemampuan untuk melakukan kolaborasi riset.

Di era revolusi industri 4.0, profesi dosen semakin kompetitif. Setidaknya terdapat lima kualifikasi dan kompetensi dosen yang dibutuhkan, meliputi (1) educational competence, kompetensi berbasis Internet of Thing sebagai basic skill di era ini; (2) competence in research, kompetensi membangun jaringan untuk menumbuhkan ilmu, arah riset, dan terampil mendapatkan grant internasional; (3) competence for technological commercialization, mempunyai kompetensi membawa grup dan mahasiswa pada komersialisasi dengan teknologi atas hasil inovasi dan penelitian; (4) competence in globalization, dunia tanpa sekat, tidak gagap terhadap berbagai budaya, kompetensi hybrid, yaitu global competence dan keunggulan memecahkan masalah nasional; serta (5) competence in future strategies, di mana dunia mudah berubah dan berjalan cepat, sehingga punya kompetensi memprediksi dengan tepat apa yang akan terjadi di masa depan dan strateginya, dengan cara joint - lecture, joint - research, joint - publication, joint - lab, staff mobility dan rotasi, memahami arah SDG’s dan industri, dan sebagainya.

Mayoritas dosen yang mengajar di perguruan tinggi berasal dari generasi X dan Y, yang memiliki karakteristik berbeda dengan mahasiswa yang kini banyak dihuni oleh generasi Z. Generasi Z yang lekat dengan alat digitalnya tidak cocok dengan metode pembelajaran yang ditawarkan oleh para dosen. Penggunaan metode konvensional dalam pembelajaran bagi generasi Z merupakan sesuatu hal yang tidak menarik.

Pembelajaran era milenial kini tidak lagi dibatasi sekat - sekat ruang kelas tetapi sudah tanpa batas. Penggunaan teknologi digital dan media sosial dianggap lebih sesuai dengan model pembelajaran saat ini. Bahkan, sudah dimungkinkan pembelajaran dapat dilakukan di rumah masing - masing mahasiswa dengan memanfaatkan teknologi. Dengan demikian, perlu adanya pengembangan kompetensi dosen secara berkesinambungan. Pengembangan ini bertujuan agar kualitas pembelajaran dan lulusan perguruan tinggi sesuai dengan tuntutan dunia kerja di era revolusi industri 4.0.

Oleh: Rizki Danarty

(Mahasiswa S2 IPK FK - KMK UGM)