Kiat Menjadi Agent Of Change yang Sukses di Bidang Pendidikan Kedokteran dan Profesi Kesehatan

Category: Reportase Kegiatan Hits: 3988

20191021 103353 resized

Pendidikan Profesi Kesehatan (Health Professions Education – HPE) saat ini terus berkembang maju dengan cepat (rapid change) dan dinamis mengikuti kebutuhan dan perkembangan teknologi. Demikian juga berbagai inovasi dalam pendidikan profesi kesehatan telah dan akan terus dilakukan untuk menciptakan program pendidikan yang efektif agar menghasilkan layanan kesehatan berkualitas tinggi di kemudian hari. Namun demikian, menjadi inisiator dan inovator perubahan dalam pendidikan kedokteran dan kesehatan bukanlah tugas dan tanggungjawab yang mudah. Berbagai tatangan seringkali muncul, baik dari mahasiswa, kolega pendidik, para senior, ataupun pemegang kebijakan di institusi pendidikan yang berbeda pandangan, pendapat, ataupun kritik terhadap ide - ide dan inovasi baru yang ada. Tidak jarang pula berbagai tantangan tersebut menimbulkan rasa putus asa pada diri inisiator perubahan itu sendiri, bahkan ada pula yang mengundurkan diri meninggalkan idealisme dan pemikiran inovatif dalam dunia pendidikan kedokteran dan kesehatan. Untuk itulah, sangat penting bagi kita untuk memahami kiat - kiat agar dapat tetap mengawal inovasi dan perbaikan dalam pendidikan dalam kondisi yang penuh tantangan tadi. Lalu, apa saja kiat - kiat itu?

 

Webinar dengan narasumber pakar di bidang pendidikan kedokteran Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan (FK - KMK UGM), dr. Widyandana, MHPE, Ph.D, Sp.M pada Senin, 21 Oktober 2019 telah memberikan wawasan baru mengenai kiat - kiat praktis agar dapat menjadi agen perubahan yang sukses dalam menghadapi tantangan ketika menginisiasi dan mengimplementasikan suatu perubahan dalam pendidikan profesi kesehatan. Dalam kesempatan ini, ada lima kiat praktis dan inspiratif yang disampaikan narasumber.Kiat pertama adalah melakukan analisis Strength, Weaknesses, Opportunity, Threat (SWOT). Dalam melakukan analisis SWOT perlu dilandasi dengan pola pikir yang kuat untuk memajukan institusi pendidikan, fokus pada tercapainya tujuan yang spesifik sesuai permasalahan yang dihadapi, dan siap menghadapi berbagai tantangan. Dalam melakukan analisis ini, mulailah dengan mengidentifikasi berbagai potensi kekuatan (strength) di sekitar kita yang mendukung terjadinya perubahan itu, misalnya: anggaran, sejawat, infrastruktur, dsb yang sekiranya mendukung kita dalam mewujudkan sebuah perubahan yang kita harapkan –“find the shining spot”. Kemudian, kita juga perlu menyadari dan mengidentifikasi kelemahan dan hambatan (weaknesses) yang ada, misalnya: waktu yang terbatas, belum ada dukungan sepenuhnya dari pemegang kebijakan di institusi, dan sebagainya. Identifikasi pula berbagai peluang (opportunity) yang mungkin bisa kita manfaatkan, misalnya: peluang berkolaborasi dengan sesama alumni di institusi lain, momen - momen penting yang sejalan dengan perubahan yang akan dilakukan, dan sebagainya. Lalu, identifikasi juga berbagai acaman dan tantangan (threats) yang mungkin terjadi, misalnya: penolakan dari sejawat senior, anggaran yang tidak mencukupi, dan sebagainya. Kita juga perlu menyadari bahwa tantangan - tantangan seperti anggaran yang terbatas, penolakan dari sejawat atau mahasiswa sebetulnya adalah tantangan - tantangan yang sifatnya umum dan sudah semestinya akan terjadi di institusi pendidikan. Untuk itu kita perlu memperkuat pola pikir kita, agar jangan mudah putus asa dengan tantangan - tantangan umum seperti itu, menurut narasumber yang juga seorang dokter spesialis mata ini.

 

Kiat yang kedua yang disampaikan dr. Widyandana adalah pentingnya kolaborasi. Dalam melakukan kolaborasi, ada beberapa prinsip agar kolaborasi yang dilakukan sukses, yaitu: (1) Gunakan prinsip ‘sapu lidi’, dimana makin banyak orang kita ajak bergabung dan kita libatkan, maka akan semakin kuat. (2) Prinsip ‘saling menguatkan’, artinya kita perlu mengidentifikasi orang - orang yang sesuai dan potensial agar dapat menguatkan dan mendukung tujuan perubahan yang akan dilakukan. (3) Prinsip ‘menutupi kekurangan’, artinya kelebihan orang - orang yang ada dalam sebuah kolaborasi harus dapat melengkapi kelemahan/kekurangan yang lain. (4) Prinsip ‘saling menguntungkan’, artinya kita harus mampu mengidentifikasi dan mengakomodasi kepentingan dari masing - masing orang yang ada dalam kolaborasi ini – sehingga semua orang dalam kolaborasi ini merasakan dan mendapat keuntungan. (5) Prinsip ‘mengalah untuk menang’, artinya, dalam berkolaborasi kita harus pandai - pandai mengalah namun bukan menyerah, tetapi mengalah untuk menang. Hal ini mungkin tidak mudah karena berkaitan dengan ego dan harga diri. Namun demikian, kita harus mampu bersabar dalam berkolaborasi, terutama bila ada konflik terjadi.

 

Adapun kiat yang ketiga yang menurut Widyandana adalah salah satu tips jitu yaitu hindari konflik, karena bagaimanapun juga, konflik akan menyita energi dan tidak ada keuntungan yang didapat dari adanya konflik. Untuk itu, strategi praktis yang bisa kita lakukan adalah dengan selalu memberikan respon - respon yang positif terhadap pendapat/ide yang mungkin berbeda, misalkan dengan mengatakan “Ya, setuju. Saya sangat mendukung ide itu..” terlepas dari ide yang mungkin berseberangan dengan pendapat kita. Kita juga perlu bersabar untuk menghindari konflik, dan mengalah dahulu untuk menang. Sambil waktu berjalan, kita perlu terus memberikan argumentasi - argumentasi halus dan langkah - langkah yang cerdas di momen yang tepat agar tujuan kita dapat tercapai tanpa harus menimbulkan konflik.

 

Kiat yang keempat adalah “start the small thing” – mulailah dari hal yang kecil. Kiat ini agaknya tidak dapat ditawar. Inovasi dan perubahan yang kita lakukan harus mulai dari kita sendiri, dari hal - hal yang kecil. Misalnya dengan terlebih dahulu melakukan inovasi pada mata kuliah kita sendiri, apabila kita belum dapat melakukan perubahan pada mata kuliah yang lain. Kita pun juga perlu menyadari bahwa perubahan kecil ini pun juga membutuhkan effort dan tantangan tersendiri yang juga selalu ada. Perubahan kecil yang sudah kita lakukan harus terus berjalan, agar nanti pada saatnya orang lain akan merasakan keunggulan dari inovasi yang kita buat. Buatlah satu langkah kecil dan jangan tergesa - gesa membuat perubahan yang terlampau besar melebihi sumber daya (resource) yang tersedia; dan lakukan perubahan berdasarkan bukti evaluasi yang ada (evidence based) agar tidak salah arah. Tidak kalah pentingnya, adalah inovasi dan perubahan baik yang dilakukan perlu kita publikasikan agar karya kita dapat digunakan dan dikembangkan. Selain itu, penting pula untuk membuat jejaring (networking) agar inovasi kecil yang kita lakukan semakin banyak mendapat apresiasi positif, sehingga suatu saat mendukung terjadinya perubahan yang lebih besar. Jangan lupa pula untuk proaktif melaporkan inovasi yang baik ini kepada pimpinan agar mereka mengetahui bahwa inovasi yang dilakukan menghasilkan sesuatu yang positif dan mendapatkan dukungan.

 

Sedangkan kiat yang kelima adalah membuat perencanaan yang detail (detail planning). Dalam membuat suatu inovasi, kita perlu merencanakan analisis situasi yang detail sebagaimana pada langkah analisis SWOT tadi. Demikian juga dalam berkolaborasi, kita juga perlu memikirkan rencana kemajuan dari seluruh anggota tim yang ada dalam kolaborasi itu. Kemajuan yang dirasakan hendaknya kemajuan yang dirasakan bersama - sama. Dukungan dari pimpinan juga perlu direncanakan dengan baik dengan pendekatan dan argumentasi halus serta langkah - langkah yang cerdas. Langkah perencanaan ini hendaknya harus detail, mencakup waktu, mempertimbangkan momen, dan kondisi yang ada agar memberikan hasil yang lebih optimal. Selain itu, pastikan bahwa semua mendapat manfaat/keuntungan dari inovasi dan inisiasi perubahan yang dilakukan. Sekecil apapun peran orang lain di sekitar kita dalam proses inovasi yang kita lakukan, kita tidak boleh egois. Prinsip - prinsip ‘sharing benefit’ dan ‘sharing ownership’ harus tetap kita pegang, sehingga kolaborasi dan kerjasama baik yang telah dilakukan dapat tetap berjalan langgeng. Ingatlah, bahwa inovasi - inovasi dalam Health Professions Education adalah area kolaborasi.

 

Di akhir sesi webinar ini, narasumber menekankan kembali beberapa pesan penting yang perlu diingat dalam menginisiasi sebuah perubahan, yaitu: (1) Luruskan niat untuk melakukan perubahan yang baik, fokus pada tujuan perubahan itu, dan menyusun strategi yang matang; (2) Melakukan kajian analisis SWOT akan memudahkan langkah kedepan dalam mengimplementasikan perubahan; (3) Awali perubahan mulai dari hal kecil/”small start”; dan (4) berpegang pada prinsip “menguntungkan semua pihak”. Kiat - kiat ini akan menjadi kunci sukses utama dalam mengimplementasikan suatu perubahan.

 

Tetaplah semangat menjadi agen perubahan untuk kemajuan Health Professions Education di Indonesia! 

 

Ditulis oleh Aking Sandi Pribadi - Mahasiswa S2 IPK FK - KMK UGM