Mengukur Kemampuan Mengajar Seorang Dokter Melalui Sistem Umpan Balik dan Evaluasi Program

mengajar dokterSemua dokter memiliki peran untuk mengajar, baik sebagai dokter spesialis di rumah sakit, residen, dan bahkan dalam interaksinya dengan pasiennya. General Medical Council (GMC) menyatakan lulusan dokter harus dapat berperan sebagai mentor dan guru. Accreditation Council for Graduate Medical Education (ACGME) and The Liaison Committee on Medical Education (LCME) juga menyarankan peran residen sebagai pengajar. Meskipun kemampuan mengajar ini penting, namun standar program yang harus disusun untuk mahasiswa S1 (undergraduate students) belum ada, disamping pengukuran untuk luaran (outcome) dari program tersebut masih belum ada kesepakatan.

 

Dalam forum diskusi bersama dengan pendampingan dosen (Critical Appraisal) mahasiswa Program Magister Ilmu Pendidikan Kedokteran dan Kesehatan (S2 IPK) FK-KMK UGM pada 30 Maret 2020 melalui kegiatan belajar mengajar (KBM) online dengan zoom meeting yang harus dilakukan di tengah wabah pandemi COVID-19 yang masih melanda dunia, membahas sebuah artikel dalam Medical Education Review yang berjudul “A Review of Teaching Skill Development Programmes for Medical Students.” Review ini bertujuan untuk melihat kekurangan yang ada pada program - program yang sudah ada dan mengembangkan rekomendasi untuk program selanjutnya.

Metode yang dilakukan oleh peneliti dalam studi tersebut dilakukan melalui pencarian literatur yang dimulai pada Juli 2013, dimana penulis mencari literatur dari 3 database yaitu Education Resource Information Centre (ERIC), SCOPUS, PubMed untuk sejumlah artikel yang memenuhi serangkaian kriteria yang ditentukan sebelumnya, meliputi kriteria inklusi (partisipan adalah mahasiswa kedokteran, memiliki pengalaman mengajar atau keterampilan mengajar, tujuan dari penelitian mengikutkan dampak dari intervensi (pelatihan) pada kemampuan mengajar partisipan) dan kriteria eksklusi (penelitian tidak dalam Bahasa Inggris, dilakukan sebelum tahun 1990 dan hasilnya sudah dapat dicover dengan penelitian yang lebih baru). Keterbatasan yang ditemui adalah dalam penelitian tersebut hanya me-review studi dalam Bahasa Inggris, hanya sedikit literatur yang terbit terkait pelatihan student as teacher, serta tidak adanya penelitian longitudinal. Critical appraisal dari jurnal ini menggunakan Health Evidence Quality Assessment Tool – Review Articles, dengan 10 pertanyaan yang disertai jawaban berdasarkan penilaian presenter.

Kesimpulan yang didapatkan dari critical appraisal ini adalah penilaian untuk program Student as Teacher dapat berupa peer teaching, workshops, dan outreach programmes. Masih kurangnya system assessment dalam pelatihan (pemberian feedback) dan evaluasi dari program itu sendiri secara objektif perlu dipertimbangkan untuk pengembangan program ke depan. Untuk mengetahui lebih lanjut informasi secara lengkap tentang review dalam jurnal tersebut dapat dilihat dalam notula critical appraisal terlampir.

Lampiran