Kemendikbud Izinkan Pembukaan Program Pendidikan Dokter Spesialis FK Unila

Bandar Lampung - Disetujui Kemendikbud, Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran (FK) Unila / Rumah Sakit Umum Daerah Abdul Moeloek (RSUDAM) siap terima mahasiswa, Senin (11/1).

Hal tersebut tertuang dalam Keputusan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Nomor 1210/M/2020 tentang Izin Pembukaan Program Studi Pulmonologi Dan Ilmu Kedokteran Respirasi Program Spesialis Pada Universitas Lampung.

Sementara itu, dalam konferensi pers yang digelar Senin (11/1), Wakil Rektor 1 Bidang Akademik Unila Heryandi mengatakan bahwa meski izin dari Kemendikbud sudah keluar, masih harus melalui beberapa tahapan persiapan.

"Meski sudah diizinkan dibuka, tapi belum di-launching secara resmi. Karena masih harus melalui beberapa persiapan. Maka akan kami diskusikan lagi bersama dekan beserta wakil dekan kedokteran, konsultan dokter, dan pihak RSUDAM yang nantinya menjadi fasilitas bagi mahasiswa tersebut," jelasnya.

Sementara Dekan FK Unila Dyah Wulan mengatakan bahwa PPDS pertama di Unila merupakan yang pertama di Sumatera Bagian Selatan (Sumbagsel).

"Alhamdulillah PPDS kita surah keluar izinnya, dan ini akan menjadi yang pertama di Sumbagsel. Semoga akan diikuti PPDS lain yang sedang kita ajukan, di antaranya yang telah disetujui oleh Senat ada PPDS bedah," ujarnya.

Adapun pengajuan PPDS Studi Pulmonologi Dan Ilmu Kedokteran Respirasi, dilatarbelakangi oleh penyakit paru yang merupakan salah satu penyakit terbanyak di dunia seperti TBC yang saat ini menempati urutan ke-10 di dunia.

"Dan juga akhir-akhir ini kasus COVID-19 meningkat di dunia, nasional, dan daerah termasuk Provinsi Lampung," tambahnya.

Kemudian, surat dari Kemendikbud tanggal 2 September 2020, agar membuka atau meningkatkan PPDS Prodi Ilmu Penyakit Paru. Selain itu, di Provinsi Lampung sendiri, yang sebagian besar areanya merupakan daerah pertanian juga berpotensi meningkatkan resiko penyakit paru.

Pembukaan PPDS /2020

Program Studi Pulmonologi Dan Ilmu Kedokteran Respirasi di Unila ini tidak lepas dari kerja keras tim persiapan sejak tahun 2017.

Dekan menambahkan, program studi dokter spesialis ini akan menempuh masa studi selama empat tahun atau delapan semester. "Merupakan perjalanan dan proses yang cukup panjang hingga izinnya diberikan oleh Kemendikbud," tambahnya.

Pada tahap pertama penerimaan mahasiswa, program dokter spesialis ini akan menerima tiga mahasiswa terlebih dahulu. Penerimaan akan dilakukan dua kali dalam setahun, dengan asumsi dalam satu tahun ada enam mahasiswa yang diterima. Dan ke depannya akan dievaluasi sesuai dengan situasi dan kondisi.

Untuk program dokter spesialis ini, Fakultas Kedokteran Unila bekerjasama dengan RSUDAM telah memiliki enam orang konsultan dokter dari lima orang yang disyaratkan oleh Kemendikbud. Ditambah lagi dengan beberapa dosen jenjang S3, dan kelimuan lainnya yang terkait.

Sedangkan untuk beasiswa program studi ini, menyesuaikan dengan skema Kemendikbud. Kalaupun ada di luar Kemendikbud yaitu dari Kemenetrian Kesehatan dengan kriteria tertentu lamgsung kepada peserta didiknya. (*)

Sumber: https://kumparan.com/

Mahasiswa Kedokteran yang Jalani Pendidikan Profesi di Jakarta Juga Divaksinasi

Pemprov DKI Jakarta akan melakukan penyuntikan vaksin kepada 119.145 tenaga kesehatan. Penyuntikan rencananya dimulai pekan depan, atau pekan kedua dan pekan ketiga di Januari.

 
Wagub DKI Jakarta Ahmad Riza Patria menjelaskan kriteria penerima vaksin tahap awal yakni tenaga kesehatan, asisten tenaga kesehatan, dan asisten penunjang.
 
Bahkan, mahasiswa kedokteran yang tengah menjalani pendidikan profesi di fasilitas kesehatan juga masuk dalam kriteria penerima vaksin.
"Kriteria sasaran tahap I sesuai Juknis adalah sasaran vaksinasi COVID-19 tahap 1 adalah tenaga kesehatan, asisten tenaga kesehatan, tenaga penunjang, serta mahasiswa yang sedang menjalani pendidikan profesi kedokteran yang bekerja pada Fasilitas Pelayanan Kesehatan," kata Riza melalui keterangannya, Selasa (5/1).
 
Dia menjelaskan, data penerima vaksin didapat dari pemerintah pusat yang bersumber dari berbagai data, mulai dari Sistem Informasi SDM Kesehatan (Kemenkes), Disdukcapil, BPJS Kesehatan, dan BPJS Ketenagakerjaan.
Bagi tenaga kesehatan yang masuk dalam daftar harus melakukan registrasi ulang atau verifikasi. Setelah melakukan verifikasi, maka penerima vaksin bisa memilih lokasi pelaksanaan dan jadwal vaksinasi.
 
 
"Upaya verifikasi dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang akan ditanyakan oleh sistem untuk mengkonfirmasi domisili serta self-screening sederhana terhadap penyakit penyerta yang diderita. Sasaran dengan komorbid tertentu tidak dapat diberikan vaksinasi," jelasnya. 
 
Setelah memilih tanggal dan lokasi, maka Sistem Informasi Satu Data Vaksinasi COVID-19 akan mengirimkan tiket elektronik sebagai undangan kepada masing-masing sasaran penerima vaksin COVID-19 yang telah terverifikasi. Pengingat jadwal layanan akan dikirimkan oleh sistem via SMS atau aplikasi Peduli Lindungi kepada sasaran.
 
Saat ini, Pemprov DKI Jakarta sudah menerima 39.200 dosis vaksin pada Senin (4/1). Kemudian, akan datang lagi 80.840 dosis vaksin pada Kamis (7/1). Secara keseluruhan, Pemprov DKI Jakarta akan menerima 120.040 dosis vaksin.
 
Vaksinasi akan dilakukan di 453 fasilitas kesehatan di Jakarta. Kapasitas vaksinasi, yakni 20.473 orang per hari.
 

 

Buka Pendidikan Kedokteran, Pemprov Sulbar Jalin Kerja Sama dengan Unhas

 

Pendidikan kedokteran akan segera dibuka di Sulawesi Barat mulai tahun 2021 mendatang. Hal ini terungkap usai pertemuan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sulawesi Barat dengan Dirjen Dikti Kemendikbud dan Dirjen Pelayanan Kesehatan Kemenkes, beberapa waktu lalu.

Hasil pertemuan tersebut kemudian ditindaklanjuti dengan pertemuan Pemprov Sulbar dan Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin (Unhas) Makassar terkait persiapan pendidikan kedokteran di Sulawesi Barat, Sabtu (31/10).
 
"Untuk rencana penerimaan mahasiswa di 2021, pesan dari Dirjen Pelayanan Kesehatan dan Dirjen Dikti bahwa hal utama yang perlu disiapkan dan diperbaiki adalah sarana dan prasarana. Setelah itu mempersiapkan SDM serta pemenuhan lainnya. Dan yang harus diperhatikan, kita harus siap dalam tataran standar untuk bisa menerima mahasiswa," kata Gubernur Sulawesi Barat, Ali Baal Masdar, usai pertemuan tersebut.
 
Ia menambahkan, pihaknya bersyukur karena rencana untuk membuka pendidikan kedokteran di Sulawesi Barat disambut baik dari pihak Fakultas Kedokteran Unhas selaku mitra utama.
 
"Rencana ini disambut baik dari Kedokteran Unhas serta memberikan dukungan dalam membantu percepatan pembangunan kedokteran walaupun masih berskala standar di Sulawesi Barat," ujarnya.
 
Dekan Fakutas Kedokteran Unhas, Prof Budu, menyatakan pihaknya sangat mendukung dengan adanya pendidikan kedokteran di Sulawesi Barat.
 
"Saya sebagai Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin dan juga sebagai Ketua Asosiasi Institusi Pendidikan Kedokteran Indonesia sangat mendukung serta mengharapkan terbentunya sekolah kedokteran," tutur Budu.
 
"Sering disebut dalam pertemuan nasional bahwa Sulbar sangat membutuhkan sumber daya kesehatan, salah satunya yaitu dengan mempunyai lembaga pendidikan kedokteran sendiri. Setelah melakukan diskusi langsung, dilakukan pertemuan dan me-refresh semuanya, kemudian dilakukan konsultasi ke Jakarta sehingga mendapatkan peluang pembangunan sekolah kedokteran di Sulbar," sambungnya.
 
Ia menambahkan, pembangunan sekolah kedokteran di Sulbar butuh dukungan pemerintah, baik itu pemerintah daerah maupun pemerintah pusat, serta dukungan masyarakat dengan segala macam insfrastruktur dan SDM, termasuk tersedianya dosen yang berkualitas.
 
"Unhas sangat mendukung dari segi dokumen pembelajaran dan pelatihan serta membantu menambah sumber daya yang akan dibutuhkan untuk mengajar di Sulbar," ucapnya.
 
Sekretaris Daerah (Sekda) Sulawesi Barat, Muhammad Idris, menyatakan Pemprov Sulbar akan segera melakukan pembentukan tim kerja untuk percepatan pembentukan lembaga pendidikan kedokteran di daerah ini.
 
"Saya menyampaikan ke publik, untuk 2021 kami sudah menerima mahasiswa baru, mungkin Juni sudah aktif kuliah. Ini menjadi suatu kesyukuran kita untuk Sulbar," tandasnya.
 

 

Ingin Pilih Jurusan Kedokteran? Calon Mahasiswa Asah 7 "Skill" Ini

Hampir setiap tahun, jurusan atau program studi (prodi) Pendidikan Dokter atau Kedokteran Gigi menjadi salah satu terfavorit anak-anak jurusan IPA.

Teknologi di era 4.0 belum mampu menggantikan peran seorang dokter untuk melayani pasien. Itulah mengapa, profesi ini tetap menjadi pilihan. Tak heran bila jurusan Kedokteran menjadi jurusan IPA paling favorit setiap tahunnya.

Tidak hanya mulia, bekerja sebagai dokter juga merupakan profesi yang bergengsi dan dinilai memiliki prospek penghasilan yang menjanjikan. Kamu bisa membuka praktek sendiri atau mengabdi di rumah sakit dan klinik.

Meski begitu, menjadi kuliah di prodi kedokteran bisa jadi bukan hal yang mudah. Sehingga untuk bisa menjalani perkuliahan dengan lancari ada beberapa “ skill” yang perlu kamu asah. Melansir Rencanamu.id, berikut sejumlah skill yang perlu kamu miliki yang nantinya menentukan “kecocokan” kamu dengan prodi Kedokteran atau Kedokteran Gigi.

1. Minat

Passion yang dalam bahasa Indonesia berati “gairah” atau “semangat” menjadi modal penting yang kamu miliki untuk menjadi dokter.

Perlu dipahami, untuk bisa menjalani praktek, apalagi menjadi dokter spesialis, perjalanan yang akan kamu lalui akan sangat panjang.

Menurut dokter umum sekaligus narasumber 101 Youthmanual Sania, passion sangat penting bagi mahasiswa kedokteran agar kuliah tak putus di tengah jalan. “Kalau memang sudah punya passion [menjadi dokter], pasti bisa kok belajar apa saja,” jelas Sania.

2. Suka Biologi

Bila kamu menyukai pelajaran Biologi, kemungkinan kamu cocok dengan prodi kedokteran. Sebab, Biologi menjadi salah satu pelajaran yang paling sering kamu pelajari saat menjadi mahasiswa kedokteran. Seandainya kamu tidak suka dengan pelajaran ini, coba pikirkan lagi apa betul kamu benar-benar berniat untuk masuk prodi kedokteran?

3. Tekun dan komitmen kuat

Ketekunan dan komitmen untuk terus belajar perlu dimiliki oleh mahasiswa kedokteran. Ujian kuliah bisa menjadi “santapan” harian, sehingga akhir pekan pun harus rela belajar.

Selain itu, usai menjadi Sarjana Kedokteran, mahasiswa juga harus menjalani program profesi atau Koas dalam kurun waktu 1-1,5 tahun sekaligus tahap yusidium untuk bisa memiliki title dokter (dr.).

Lalu, untuk bisa membuka praktik, dokter muda harus lolos Ujian Kompetensi Dokter Indonesia (UKDI) yang materi ujiannya tidak mudah. Namun, itu baru “setengah jalan” bila kamu ingin mengambil Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) dan Program Pendidikan Dokter Gigi Spesialis (PPDGS).

“Sebetulnya ada aja mahasiswa yang malas-malasan. Tapi mereka yang begitu bakal tereliminasi dengan sendirinya, kok. Setiap tahun, ada banyak juga mahasiswa Kedokteran yang berguguran,” cerita Shabrina, alumni FK Universitas Indonesia.

4. Kepedulian

Misi mulia menjadi seorang dokter ialah menolong orang lain. Bila kamu memiliki kepedulian tinggi, maka siapapun orang yang berobat, apapun penyakitnya, kamu akan memiliki dorongan untuk membantu mereka.

Modal inilah yang akan membuat kamu mudah untuk mengembangkan karier sebagai seorang dokter dan disukai oleh banyak pasien.

5. Komunikasi

Tugas dokter sejatinya tak hanya mendengar keluhan pasien dan kemudian memberikan obat. Seorang dokter sebaiknya juga bisa menyampaikan ilmu dan analisanya terhadap sebuah penyakit pada pasien.

Kemampuan berkomunikasi akan memudahkan dokter untuk berinteraksi dengan segala macam pasien, dari tingkat usia yang berbeda, ekonomi berbeda, bahkan pendidikan yang berbeda. Dengan begitu, perawatan dan pengobatan yang diberikan bisa lebih efektif.

6. Cepat dan akurat

Sejak di bangku kuliah, mahasiswa FK sudah dituntut untuk mampu bertindak dan berpikir dengan cepat, namun tetap akurat. Ketelitian, keterampilan tangan, serta kesigapan dalam bergerak sangat diperlukan.

7. Detail

Selain cekatan, seorang dokter juga harus mampu bekerja secara detail. Ada banyak hal yang harus dikerjakan secara detail, misalnya dalam memberi dosis obat, melakukan jahitan dan banyak hal lain.

Kemampuan detail akan membantu seorang dokter menegakkan diagnosa tepat. Tanpa kemampuan ini, dokter bisa saja melakukan kesalahan diagnosa yang berbahaya.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Ingin Pilih Jurusan Kedokteran? Calon Mahasiswa Asah 7 "Skill" Ini", Klik untuk baca: https://www.kompas.com/edu/read/2021/01/07/103032371/ingin-pilih-jurusan-kedokteran-calon-mahasiswa-asah-7-skill-ini?page=all.
Penulis : Ayunda Pininta Kasih
Editor : Ayunda Pininta Kasih

Dirjen Dikti Larang Fakultas Kedokteran Jadi Sumber Uang untuk Subsidi Jurusan Tak Laku

BANDUNG, KOMPAS.com - Dirjen Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Prof Nizam melarang perguruan tinggi di Indonesia menjadikan Fakultas Kedokteran sebagai sumber dana jurusan yang tidak laku. Nizam mengakui, saat ini biaya pendidikan kedokteran sangat mahal. Sehingga perguruan tinggi banyak yang menjadikan FK sebagai sumber pendanaan untuk mensubsidi fakultas lain yang tidak laku.

Sayangnya, Nizam tak memberikan contohnya. "Ini harus dihindari. FK jangan jadi sumber subsidi ilang karena mahal. Harusnya fakultas lain juga bisa membiayai dirinya sendiri, bukan dieksploitasi. Kalau Unisba tentu tidak begitu," ujar Nizam menjawab pertanyaan Kompas.com, Senin (26/10/2020).

Nizam berharap, pendidikan dokter mendapatkan pengawalan ketat agar kompeten dalam melayani. Salah satunya, untuk menjaga mutu fakultas kedokteran dengan memberlakukan kuota secara nasional.  "Pendidikan kedokteran perlu sumber daya manusia yang baik. Dengan sistem kuota, pendidikan dokter terkawal baik," katanya. Saat ini, jumlah dokter di Indonesia belum merata. Di kota-kota besar, jumlah dokter menumpuk. Namun di daerah pelosok seperti di Sulawesi Barat dan Nusa Tenggara Timur NTT), sangat rendah, di bawah negara baru ASEAN.

Hal ini tentunya mengkhawatirkan bagi kemajuan nasional. Persoalan ini pun menjadi pekerjaan rumah bersama. Saat ini, pihaknya menerima pengajuan izin pembukaan Fakultas Kedokteran (FK) dari 80 perguruan tinggi. Namun lokasinya selalu di kota besar. Padahal daerah pelosoklah yang paling membutuhkan. Ia mengungkapkan, distribusi dokter dan tenaga kesehatan merupakan kewenangan Kemenkes. Kemdikbud berkoordinasi dengan Kemenkes untuk pemenuhan tenaga kesehatan. Berbagai upaya dilakukan, antara lain melalui beasiswa ikatan dinas agar mahasiswa kedokteran dari daerah bisa kembali ke daerahnya, terutama daerah yang masih kekurangan dokter.

Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Islam Bandung (Unisba), Nanan Sekarwana mengungkapkan, pandemi Covid-19 membawa dampak dan perubahan besar dalam pelaksanaan kegiatan tri darma perguruan tinggi.  "Praktis kegiatan pada semester ganjil tahun akademik 2019-2020 dapat berjalan sesuai situasi normal, sedangkan semester genap harus kita hadapi dengan metode yang jauh berbeda," katanya.

Kegiatan secara daring, kata dia, menjadi solusi di tengah pandemi. Mungkin, awalnya sebagaian besar belum familiar dengan pembelajaran jarak jauh, pada akhirnya dituntut harus bisa menjalankannya dan mulai akrab dengan sistem daring tersebut. Sebagai pejabat baru yang dilantik di masa pandemi ini, pihaknya harus bekerja ekstra keras untuk menjalankan tugas baru yang penuh dengan tantangan untuk tetap menjaga mutu kualitas mahasiswa dan lulusan.  

Menurut dia, koordinasi dengan pihak internal Unisba maupun ekternal dengan rumah sakit pendidikan sudah dilaksanakan untuk tetap menjaga keselamatan peserta didik. Terutama, pada tahap profesi, pada saat pembelajaran luring. Penandatanganan nota kesepakatan dengan seluruh direktur dan kepala rumah sakit Pendidikan utama dan jejaring sudah dihasilkan. 

Nanan mengatakan, koordinasi yang berkelanjutan dengan komite koordinasi Pendidikan, tim koordinasi Pendidikan, kepala bagian, pengurus Ikatan Orang Tua Mahasiswa (IKOMAH), dan seluruh orang tua mahasiswa pun sudah dilaksanakan. Nanan pun bersyukur, setelah berjuang selama 16 tahun, Program Studi Pendidikan Dokter FK Unisba  meraih akreditasi A untuk tahap akademik dan profesi dari LAM PT-Kes.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Dirjen Dikti Larang Fakultas Kedokteran Jadi Sumber Uang untuk Subsidi Jurusan Tak Laku", Klik untuk baca: https://bandung.kompas.com/read/2020/10/27/12420111/dirjen-dikti-larang-fakultas-kedokteran-jadi-sumber-uang-untuk-subsidi?page=all.
Penulis : Kontributor Bandung, Reni Susanti
Editor : Aprillia Ika